BI Pertahankan BI Rate 7,5%

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%. Kebijakan tersebut dinilai masih konsisten dan mampu mengendalikan inflasi sesuai sasaran.

Gubernur BI, Agus Martowardjojo, yakin kebijakan yang ditempuh mampu mengendalikan inflasi menuju ke sasaran 4,5 plus minus 1 persen pada tahun ini. “BI menilai bauran kebijakan yang telah dilakukan bersama dengan pemerintah telah mendorong stabilisasi perekonomian sesuai dengan arah yang diharapkan, yaitu terkendalinya inflasi dan menurunnya defisit transaksi berjalan,” kata Agus, di Gedung BI, Kamis (13/2).

Ke depannya, BI pun akan terus mencermati berbagai risiko, baik dari global maupun domestik, dan memastikan langkah-langkah antisipasi agar stabilitas makroekonomi tetap terjaga. Dalam hal risiko yang berasal dari ekonomi global, BI terutama akan mencermati risiko yang bersumber dari normalisasi kebijakan the Fed dan melambatnya ekonomi China. “Kami juga akan tetap mewaspadai sejumlah risiko inflasi ke depan, termasuk gangguan pasokan pangan, kenaikan tarif listrik dan dampak depresiasi nilai tukar rupiah,” ujar Agus. Oleh karena itu, lanjutnya, BI akan memperkuat bauran kebijakan dan berkoordinasi dengan pemerintah sehingga dapat memitigasi risiko yang dapat mengganggu pencapaian sasaran inflasi. Stabilitas nilai tukar rupiah juga akan terus dijaga dengan mendorong penggunaan rupiah untuk transaksi di dalam negeri dan perluasan instrumen lindung nilai dalam transaksi valas.

Agus menuturkan ketahanan industri perbankan pun tetap solid dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan ketahanan modal yang masih kuat. Pertumbuhan kredit perbankan memang menurun dari 21,9% pada November 2013 menjadi 21,4% pada Desember 2013. Hal ini sejalan dengan permintaan domestik yang melambat dan kenaikan suku bunga. “Kami akan berkoordinasi dengan OJK untuk mengarahkan pertumbuhan kredit ke depan sejalan dengan pertumbuhan permintaan domestik,” jelas Agus.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia pun mulai meningkat. Di triwulan IV 2013 pertumbuhan ekonomi naik menjadi 5,72% (yoy), dari 5,63% (yoy) pada triwulan III 2013. Hal tersebut karena ditopang oleh membaiknya ekspor riil sejalan dengan kenaikan permintaan dari negara-negara maju. Sementara itu, pertumbuhan permintaan domestik mengalami moderasi tercermin dari melambatnya konsumsi rumah tangga dan investasi. Dengan perkembangan ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia keseluruhan tahun 2013 tercatat 5,78%.

“Di tahun ini pertumbuhan ekonomi diperkirakan mendekati batas bawah di kisaran 5,8% sampai 6,2%,” kata Agus. BI memperkirakan kinerja ekspor dan ekonomi global akan terus membaik di tahun ini, sehingga dapat terus mendorong perbaikan struktur ekonomi Indonesia.