Ghirah

Sebuah artikel viral di media sosial tertutup seperti Whatsapp Group, judulnya Ghirah. Di kaki artikel ada semacam pengantar yang ditulis dari Ustaz Haikal Hassan, bahwa ini adalah tulisan yang diposting ulang. Dari penelurusan di internet, didapat info, tulisan ini dibuat pada Januari 2018. Namun tidak disebut jelas penulisnya.

Karena isinya menarik dan menggugah, kami posting ulang di sini dengan sedikit penyuntingan.

———-

Bulan lalu saya belanja bersama istri di Sodaqo Tanjung Barat. Ini 212 Mart terdekat dari condet. Sudah setahun lebih setiap bulannya saya belanja di sana. Setiap perubahan di wilayah tersebut pasti saya tau. Beberapa bulan belanja disana hanya dalam hitungan mingguan telah berdiri Indomaret di wilayah tsb. Berdiri lebih besar dan lebih megah persis di samping Sodaqo, hanya dibatasi oleh jalan kompleks.

Ada peristiwa yang mengherankan bulan lalu. Selesai belanja, di atas motor saya liat keluar emak-emak berjilbab dari pintu Indomaret habis belanja. Istri saya bicara pelan, “Belanjanya di Sodaqo saja Bu!”.

Saya komentari, “Iman itu bertingkat-tingkat, memberdayakan ekonomi umat lebih tinggi daripada memakai jilbab di era keterbukaan sekarang. Lebih tinggi daripada mengaji rutin atau ikut majelis dzikir. Bersyukurlah jika kita sudah melampaui itu semua”.

Belum pernah saya dapati lebih dari dua pengunjung di Sodaqo setiap kali saya belanja di sana. Dan jika tidak didukung oleh lembaga ACT niscaya beberapa mart sudah pasti tutup termasuk Sodaqo Tanjung Barat ini. Biaya operasional untuk menggaji tiga pegawai dan Satu supervisor, bayar listrik, dan bayar maintenance bangunan sangat besar, tidak mungkin tertutup dengan labanya jika jumlah pembelinya malu-malu seperti gadis pingitan.

Penyakitnya seorang muslim adalah zona nyaman. Banyak orang yang sudah puas dengan capaian ibadahnya. Punya pasangan rajin sholat, anak masuk pesantren, ikut mengaji, ikut dzikir, hati sudah tenang banget. Amal tidak berubah dan tidak bertambah karena hati enjoy sudah masuk zona nyaman. Dia tidak peduli lagi dengan ekonomi yang dikuasai aseng. Dia tidak tahu kalau sejengkal demi sejengkal tanah ini dimiliki asing.

Kita pasti pernah mendengar hadits di bawah ini:

“Sesungguhnya sebaik-baik amal adalah yang paling kontinyu meski ia sedikit.” ( HR.Ibnu Majah)

“Sebaik-baik amal adalah shalat di awal waktu.” (HR. Tirmidzi dan Hakim)

“Sebaik-baiknya dzikir adalah La ilaha illallah dan sebaik-baiknya doa adalah Alhamdulillah” (HR At-Tarmizi & Ibnu Majah).

Dan, hadits-hadits yang sejenisnya. Intinya adalah Nabi ﷺ mengisyaratkan bahwa amal itu bertingkat-tingkat sebagaimana surga pun bertingkat pula. Hadits ini tidak menafikkan (mengingkari) amal yang banyak walau sesekali, shalat di akhir waktu atau dzikir-dzikir lain. Semua amal tersebut baik dan boleh dilaksanakan. Hadits ini hanya memberitahu kita bahwa ada amal tertinggi dari setiap jenisnya.

Lalu amal apakah yang paling afdhal? Ramai ulama terdahulu memperbincangkannya. Saya meringkas dengan kesimpulan dari Ibnul Qoyyim dalam Madarijus Salikin yang juga diambil oleh Yusuf Qordhowi dalam bukunya Niat. Amal menjadi utama tergantung kondisi dan tempat. Boleh jadi jihad adalah amal utama bagi Muslim Suriah tapi tidak bagi Muslim Indonesia. Boleh jadi shalat di awal waktu adalah amal utama bagi orang sibuk tapi bagi yang lapang waktunya tidak. Setiap waktu dan tempat berbeda keutamaan amal.

Amal utama bagi orang kaya bukan dzikir atau sholatnya tapi hartanya karena orang miskin tidak bisa beramal dengan hal tersebut. Amal utama bagi ulama adalah mengajarkan ilmu karena orang awam tidak memilikinya. Dan amal utama bagi mujahid adalah berjihad. Kondisi setiap orang berbeda dalam keutamaan amal.

Amal utama bagi orang kaya bukan dzikir atau sholatnya tapi hartanya karena orang miskin tidak bisa beramal dengan hal tersebut. Click To Tweet

Pada kondisi negara diserang musuh maka amal yang utama adalah berjihad atas setiap Muslim baik yang kuat maupun yang lemah. Sebagaimana kata Ibnu Taimiyah, “Atas musuh yang menyerang maka tidak ada kewajiban lagi setelah syahadat kecuali jihad”. Bukan shalat atau puasa.

Pada kondisi negara kekurangan dana untuk berperang misalnya maka amal utama adalah berinfak. Sebagaimana mobilisasi dana saat perang Tabuk dulu, tidak ada seorang Muslimpun kecuali mengeluarkan hartanya bahkan ada orang Anshar miskin yang sampai menjadi kuli panggul agar bisa menyumbang beberapa butir kurma. Setiap situasi berbeda dalam keutamaan amal.

Apa amal utama saat ini? tahun lalu saat pilkada Jakarta bagi pemilik KTP jakarta adalah memenangkan lawannya Ahok. Tahun ini adalah memenangkan cagub pilihan ulama bagi pemilik KTP yang melaksanakan pilkada. Tahun depan adalah memenangkan ABJ (asal bukan jokowi).

Kalau dalam hal ekonomi maka amal utama adalah mengalahkan hegemoni aseng yang menjadi biang kerusakan negara. Oleh karenanya dukungan terhadap lembaga ekonomi umat harus full tidak boleh setengah-setengah karena ini afdholul amal.

Kalo seseorang tidak membeli sebatang sabun di 212 Mart karena jaraknya lumayan jauh masih bisa dimaklumi. Tapi kalau emak-emak pengajian berjilbab panjang berbelanja di Indomaret padahal di sebelahnya ada Sodaqo/Kita Mart/212 Mart, ini mengherankan. Memang di majlis taklim diajarkan apa?

Jangan asyik menuntut ilmu atau khusyu berdzikir saja sementara hartamu kau belanjakan kepada aseng yang jadi follower-nya penista Islam.

Seorang Muslim yang beriman pasti antusias dengan hadits Nabi ﷺ berikut :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ، فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

Di surga itu terdapat seratus tingkatan, Allah menyediakannya untuk para mujahid di jalan Allah, jarak antara keduanya seperti antara langit dan bumi. Karena itu, jika kalian meminta kepada Allah, mintalah Firdaus, karena sungguh dia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya ada Arsy Sang Maha Pengasih, dan darinya sumber sungai-sungai surga.” (HR. Bukhari 2790 & Ibnu Hibban 4611).

Mengapa harus minta surga Firdaus? Dalam hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:

الْفِرْدَوْسُ رَبْوَةُ الْجَنَّةِ وَأَوْسَطُهَا وَأَفْضَلُهَا

Firdaus adalah surga yang paling tinggi, yang paling bagus, dan yang paling afdhal. (HR. Turmudzi 3174 dan dishahihkan al-Albani).

Firdaus adalah surga paling afdhal maka gapailah dengan amal utama. Firdaus adalah surga tertinggi maka raihlah dengan ketinggian amal.

Kita bicara sebaik-baik amal saat ini pada diri Muslim Indonesia. Dan jangan gagal paham, kita tidak menafikkan amal yang lain. Amal terbesar saat ini adalah menyelamatkan rakyat Indonesia dari kehancuran yang dilakukan oleh oknum-oknum. Lakukan penyelamatan melalui poleksosbud.

Amal terbesar saat ini adalah menyelamatkan rakyat Indonesia dari kehancuran Click To Tweet

Jangan sampai tidak ada kesedihan pada dirimu tatkala tidak berbelanja di lembaga milik umat. Jangan sampai tidak ada kesedihan dalam dirimu kalau berbelanja di gerai milik aseng.

Jika #212Mart sepi dari pembeli sementara Indomaret dan Alfamart ramai maka cemburulah! Click To Tweet

Beragama itu harus punya ghirah (kecemburuan). Jika 212 Mart sepi dari pembeli sementara Indomaret dan Alfamart ramai maka cemburulah. Bela habis-abisan dengan membelanjakan hartamu, dengan mempromosikannya kepada orang lain, dengan membantunya agar ia tetap hidup di tengah ummat.

Beragama tanpa ghirah sama saja tidak beragama. Ulama dikriminalisasi diam saja, Alquran dinistakan tak bersuara, Nabi ﷺ dilecehkan tak ambil pusing, bahkan Allah Swt dihina pun tak ada kemarahan dalam dirinya. Maka ketahuilah dirinya telah menjadi mayat hidup. Berjalan di atas bumi tanpa ruh. Ucapannya hanya rangkaian kata-kata tanpa ruh, boro-boro membangkitkan semangat seperti orasinya Bung Tomo, sekadar menegakkan badannya untuk bangun subuh saja tidak mampu.

“Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka tidak dapat melihat dalam kegelapan. Mereka tuli, bisu dan buta. Sehingga mereka tidak dapat kembali”. (2 : 17-18)

Mereka laksana mayat hidup berjalan tapi tidak bisa melihat. Tidak pernah peduli dengan agama karena telinganya tuli tak mendengar, tidak pernah melakukan pembelaan agama karena lisannya bisu. Merekalah yang tak memiliki ghirah dalam agama. Dan sayangnya mereka itulah munafik.

Afwan,  bila repost

Sekadar mengingatkan

Jangan teriak-teriak semangat untuk bela agama

Jika kau masih mendewakan produk kafir

Jika yang kau minum air merk kafir

Jika di kamar mandimu penuh dengan produk kafir

Jika di kulkasmu, meja makanmu,  dapurmu masih bertengger produk kafir

Sejuta alasan untuk mengotot,  mengeyel

Produk Muslim susah,  jauh,  mahal,  kurang higienis,  tidak enak, dan lain-lain

Ketahui

Jihad itu butuh perjuangan,  pengorbanan,  biaya, dan lain-lain

Ketahui

Seperak yang kau korbankan untuk sesama Muslim,  apapun kondisinya sangat membantu ekonomi umat dan pahala yang besar dari Allah SWT

In Sya Allah

Ust. Haikal Hasan