Imbas Ekonomi Makro, Pembiayaan UKM Turun

Penyaluran pembiayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) oleh bank syariah mengalami penurunan hingga Februari 2015. Perbaikan pertumbuhan ekonomi menjadi kunci mendorong pembiayaan UKM.

ukm kueData Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Februari 2015, menyebutkan bahwa pembiayaan UKM dari bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) mencapai Rp 57.780 triliun, turun dari Rp 58,12 triliun pada Januari 2015.

Jika dibandingkan pembiayaan UKM pada Februari 2014 yang mencapai Rp 107,080 triliun, nilai pembiayaan UKM turun 46,04 persen. Jumlah ini menjadi lebih kecil dari pembiayaan non-UKM yang mencapai Rp 139,73 triliun pada Februari 2015.

Pakar Ekonomi Syariah dari Karim Consulting Indonesia, Adiwarman A Karim mengatakan, perlambatan pembiayaan UKM adalah imbas kondisi makro nasional. ”Saat kondisi makro kurang baik, yang pertama kali terkena imbas besar sebetulnya adalah korporasi dan mereka yang bertranskasi dengan mata uang dolar. UKM juga terkena imbas sebagai turunannya,” kata Adiwarman kepada MySharing, saat ditemui di acara diskusi ”Pariwisata Halal dan Gaya Hidup Halal, di Jakarta, belum lama ini.

Ia menuturkan, perbankan konvensional sudah lebih dulu terkena dampaknya sehingga menahan laju mereka. Namun tidak menjadi masalah karena tidak menyentuh UKM. Tapi menurut Adiwarman, karena UKM adalah pertahanan ketiga, maka ketika UKM itu kena imbas, akan ramai. ”Ini adalah kenyataan yang harus dipahami oleh semua bahwa ekonomi melemah, dan pak Jokowi juga sudah paham. Tidak ada cara lain kecuali harus bergerak dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Adiwarman menyebutkan, salah satu kunci mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan mengatur suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) diturunkan atau dinaikkan. ”Jika suku bunga BI turun, pengembangan bisnis menjadi mudah meski ada risiko pengalihan aliran dana ke dolar karena dolar jadi lebih menarik,” tukasnya.

Ia berharap agar segera ada titik temu antara pemerintah dengan BI, dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, hal itu sangat penting sehingga masyarakat dan pelaku bisnis tidak binggung memprediksi arah tujuan pengembangan bisnis yang dikelolanya.