Peneliti SMRC Sirojudin Abbas(kanan ujung) pada saat paparan hasil survei SMRC tentang Isu Kebangkitan PKI di Menteng, Jakarta, Jumat (29/9). foto:MySharing.

Isu Kebangkitan PKI Hasil Mobilisasi

Isu ini justru ditujukan untuk memperlemah dukungan rakyat kepada Jokowi.

Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) mengeluarkan rilis hasil survei Isu Kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Peneliti SMRC, Sirojudin Abbas mengatakan, hasil survei isu kebangkitan PKI  tumbuh subur di pendukung Prabowo Subianto, PKS dan Gerinda. Dari situ, SMRC menyimpulkan isu ini bukan terjadi secara alamiah.”Opini kebangkitan PKI hasil mobilisasi opini kekuatan politik tertentu, terutama pendukung Prabowo dan mesin politik PKS dan Gerindra,” kata Sirojudin saat memaparkan hasil surveinya di kantor SMRC, Menteng, Jakarta, Jumat (29/9).

Menurutnya, isu kebangkitan PKI masih menjadi dampak ikutan dari hasil pemilihan presiden pada 2014. Jika keyakinan adanya kebangkitan PKI itu alamiah, akan ditemukan merata di semua partai atau pendukung kedua calon. Namun, hasil survei justru melihat isu itu dimobilisasi pihak tertentu.

“Gejala hasil mobilisasi itu juga terlihat pada warga yang cenderung punya akses ke media massa, terutama media sosial,” ujarnya.

Jika tidak digerakkan, lanjut dia, yang lebih tahu tentang isu ini seharusnya lebih banyak dari kalangan senior. Terutama mereka yang masa hidupnya dengan peristiwa yang terjadi pada 1965 itu. “Tapi yang melek justru warga yang lebih junior, produk masa reformasi,” tukas Sirojudin.

Melalui survei ini, dirinya melihat, isu kebangkitan PKI tidak penting karena tidak dirasakan oleh hampir semua warga. Yang terlihat, isu ini justru ditujukan untuk memperlemah dukungan rakyat kepada Jokowi. Dan, isu ini ternyata bukan pilihan strategis yang berpengarahan pemilu.

Sirojudin menjelaskan, survei ini melibatkan 1.220 responden dari seluruh Indonesia yang sudah memiliki hak pilih. Pemilihan responden dilakukan secara acak (multistage random sampling). Tingkat kesalahan atau margin of error dari survei ini sekitar 3,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

SMRC juga melakukan kontrol kualitas terhadap 20 persen responden yang berhasil diwawancara. Semua responden diwawancarai pada rentang 3-10 September 2017.Dari keseluruhan responden, hanya 1.057 yang merespons wawancara dalam survei yang berlangsung pada 3-10 September 2017 itu.

Sirojudin menyebutkan, sebanyak 75,1 persen responden tidak setuju bila Jokowi adalah PKI atau terkait dengan PKI. Hanya 5,1 persen responden yang percaya bila Jokowi terkait PKI. Sementara sisanya, sebanyak 19,9 persen, memilih tidak menjawab atau mengatakan tidak tahu. “Mayoritas warga tidak setuju dengan pendapat bahwa Jokowi terkait PKI,” ucapnya.

Lebih lanjut disampaikan,  hasil survei itu sejalan dengan persepsi publik atas isu kebangkitan PKI, yakni survei SMRC menunjukkan, sebanyak 86,8 persen dari 1.057 responden tidak setuju saat ini ada kebangkitan PKI.

Sementara warga yang menyatakan setuju hanya 12,6 persen. “Jadi, secara politik, isu kebangkitan PKI tidak terlalu penting, karena mayoritas warga tidak merasakan,” kata Sirojudin dalam diskusi hasil survei

Namun, jelas dia, setelah dilakukan survei lebih lanjut lagi, para responden yang mengaku setuju bahwa saat ini sedang terjadi kebangkitan PKI menyebut hal ini bisa menjadi ancaman bagi negara.

“Di antara 12,6 persen yang setuju, sekitar 39,9 persen atau sekitar 5 persen dari total populasi merasa bahwa kebangkitan PKI sudah menjadi ancaman bagi negara,” ujar Sirojudin,

Meski begitu, kata  lebih lanjut, sekitar 25,5 persen responden berpendapat, kalaupun sedang terjadi kebangkitan PKI maka kebangkitan itu tidak akan penting dan tidak akan mengancam apabila keadilan sosial, kesejahteraan rakyat, tanpa PKI seperti sekarang ini semakin membaik.

Namun 36,6 persen tidak menyetujui pendapat tersebut dan 37,9 persen sisanya tidak memberi jawaban apapun. Adapun 15,5 persen belum setuju bila PKI sudah mengancam negara.

Dalam penelitian ini, SMRC juga melakukan pemetaan wilayah responden yang menyetujui PKI bangkit.  DKI dan Banten adalah wilayah yang persentasenya paling besar terkait dengan tempat tinggal responden yang percaya bahwa PKI bangkit paling besar. Yaitu mencapai 23 persen. Kemudian diikuti oleh Sumatera (17 persen) dan Jawa Barat (14 persen).

Pemetaan secara etnis, etnis Sunda memiliki presentase paling besar dari latar belakang responden yang menyetujui PKI bangkit, yakni 16 persen. Kemudian diikuti oleh etnis Jawa 13 persen.