Seni kaligrafi menampilkan unsur keindahan tersendiri. Seniman muslim eL Seed pun mewarnai sejumlah dinding di berbagai negara dan menampilkan apa yang disebutnya ‘calligraffiti’.
Mengkombinasikan kecintaannya akan kaligrafi Arab dengan seni grafiti modern (disebut dengan calligraffiti), el Seed berupaya menggambarkan isu global terkini untuk memancing diskusi mengenai politik dan seni, serta mempromosikan toleransi antar budaya. Pria muslim keturunan Tunisia ini sebenarnya baru membaca dan menulis huruf Arab di masa remajanya. Namun, sejak itu ia menemukan passion-nya untuk melestarikan seni Arab, sejarah dan warisan kontemporernya. “Saya rasa kamu tak perlu sampai menerjemahkan bahasa Arab untuk mengapresiasi keindahannya. Keindahan aksara Arab telah menyentuh jiwa sebelum maknanya,” tukas el Seed, dilansir dari the culture trip, Rabu (26/8).
Pria berusia 34 tahun ini memulai karya seninya dari skala kecil, mulai dari sketsa hingga melukis dinding di berbagai sudut jalan kota Paris. Hingga kemudian meluas hingga ke berbagai negara. Salah satu karyanya yang kontroversial adalah ketika membuat calligraffiti setinggi 57 meter di dinding menara Masjid Jara di Gabes, Tunisia pada 2012 silam. “Proyek ini bukan mengenai mendekorasi masjid, tapi membuat seni menjadi aktor yang diakui dalam proses perubahan politik dan budaya,” jelas el Seed.
Terinspirasi dari Surah Al Hujurat Ayat 13 : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal”, el Seed mengajak pada toleransi dan saling pengertian antara sesama dan pada negara, terutama ketika Tunisia bergejolak.
Bagi pria kelahiran Paris ini, seni menjadi upayanya untuk menantang sikap tidak toleran kaum ekstremis dan liberal. “Tujuan saya melukis calligraffiti Surah Al Hujurat: 13 di Masjid Jara adalah untuk menyatukan seluruh umat,” ujar el Seed, yang sudah memperoleh persetujuan Imam Masjid Jara sebelum melukis menara tersebut. Baca: Penulis Inggris Luncurkan Buku Seni Islam
el Seed mendeskripsikan hasil karyanya sebagai bentuk tindakan spontan dan alamiah ketika ia terinspirasi akan lokasi atau ide tertentu, sehingga persiapannya sangat minim. “Terkadang saat saya melihat tembok di sisi jalan, saya langsung melukis di sana. Apapun yang saya tulis, saya mencoba membuatnya relevan dengan tempat itu. Sementara terkait warna, kadang saya memakai berbagai campuran sehingga membuatnya menyatu dengan lingkungan sekitarnya, dan terkadang saya menampilkan warna yang bertolak belakang, sehingga terlihat menonjol,” cetus el Seed.
Bagi el Seed, calligraffiti dan seni jalanan bukanlah hanya sebuah tradisi yang sangat berbeda, namun ia melihatnya sebagai sebuah seni yang menyatu di masa mendatang. Melalui karya seninya, ia berniat membuka pintu komunikasi dan memperoleh penerimaan dari berbagai latar belakang budaya dan bangsa melalui rasa toleransi yang lebih baik. Baca: Islam Juga Toleran
“Saya berharap dapat memberitahu orang bahwa dialog dapat membuahkan hasil positif. Saya selalu berharap dapat mematahkan sejumlah stereotipe setiap saya melukis,” pungkasnya. Berbagai karyanya dapat ditemui di dinding museum, galeri, masjid di seluruh dunia, tembok jalanan London, eksibisi di Paris, terowongan di Qatar, hingga kolaborasinya untuk membuat desain kerudung bagi Louis Vuitton.