MES Lantik Pengurus Pusat

Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) kembali melakukan pelantikan pengurus pusat, yang sudah menjadi agenda rutin setiap tiga tahun. Dengan pelantikan itu, maka telah ditetapkan pengurus pusat MES untuk periode 2015 -2018.

DSC_0593Acara pelantikan yang dilaksanakan di Aula Kantor Pusat Bank Bukopin Jakarta, pada Selasa (17/2) itu sekaligus diikuti dengan rapat kerja pengurus pusat MES yang bertajuk “ Membangun Kemandirian MES Untuk Meningkatkan Kontribusi Ekonomi Syariah Dalam Ekonomi Global.”

Dalam pelantikan itu ditetapkan bahwa Maruf Amin menjabat sebagai ketua dewan pembina MES periode 2015-2018. Dewan pakar dipimpin oleh Sugiharto dan wakil ketua dijabat oleh Didin Hafidhhuddin dan Muhammad Amin Suma serta Aries Muftie. Sedangkan Muliaman D Hadad dan Firdaus Djaelani menjabat sebagai Ketua Umum Badan Pengurus Harian dan wakil Ketua Umum Badan Pengurus Harian.

Dalam sambutannya, Muliaman D Hadad yang terpilih kembali untuk yang ketiga kalinya sebagai Ketua Umum Badan Pengurus Harian (BPH) MES, mengatakan, ketika dirinya menghadiri Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Yogyakarta pada pekan lalu, tidak hanya membahas ekonomi syariah, tapi juga aspek lain secara luas. Ini membuktikan bahwa harapan  masyarakat Indonesia pada perekonomian dengan sistem syariah semakin membesar. Keinginan ini muncul setelah sistem ekonomi yang dijalankan sejak zaman kemerdekaan belum mampu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. “Ada tuntutan, apa yang bisa kita lakukan ketika ingin menyejahteraan masyarakat, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan partisipasi mereka dalam pembangunan ekonomi nasional,” katanya.

Muliaman mengakui sudut pandang masyarakat terkait ekonomi syariah saat ini memang masih mengalami ketidakseimbangan. Selama ini, masyarakat bahkan pelaku bisnis menganggap ekonomi syariah hanya berkaitan dengan sektor keuangan. Padahal sistem ekonomi syariah memiliki cakupan sektor bisnis lain terutama di sektor riil. Kondisi kesenjangan ekonomi ini jika tak diantisipasi dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak yang buruk.

“Keuangan syariah tidak bisa maju sendirian meninggalkan sektor riilnya. Karena uang biasanya tendem dengan barang. Jadi kalau uang lebih banyak daripada barang, Itu tanda-tanda bubble, sehingga suatu saat uang itu akan hilang nilainya karena tidak didukung dengan barang yang memadai,” tegas Muliaman.

Lebih lanjut ia menjelaskan, ketika bicara wisata syariah, juga harus diseimbangkan antara aspek keuangan dan aspek ekonomi riilnya. Sehingga kegiatan industri keuangan betul-betul bisa bermanfaat bagi masyarakat. Karena dilandasi oleh underlying activity yang tercermin dari aktivitas ekonomi syariah secara keseluruhan. “Ketika tidak ada beda antara sektor moneter, uang bukan lagi menjadi komoditi. Oleh karena itu ketika ekonomi mengalami penurunan, yang paling dulu kena dampaknya adalah perbankan syariah. Karena tendem aspek keuangan dan aspek ekonomi riil tidak seimbang,” ujarnya.[su_pullquote align=”right”]”Ketika tidak ada beda antara sektor moneter, uang bukan lagi menjadi komoditi. Oleh karena itu ketika ekonomi mengalami penurunan, yang paling dulu kena dampaknya adalah perbankan syariah”[/su_pullquote]

Oleh karena itu menurut Muliaman, tema kepengurusan MES kedepan jelas sekali warna sektorilnya. Karena pada Rapat Kerja Pengurus MES  ke-III yang digelar bersamaan dengan pelantikan pengurus pusat MES, tidak hanya membahas mengenai wisata syariah. Tapi juga kegiatan lainnya mulai dari industri, pariwisata, manufacturing sampai kepada hal-hal lain yang bisa mendorong perkembangan industri keuangan nasional.