Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), bersama Bappenas, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, menyusun buku status kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia. Soft launching digelar di gedung KLH, Senin 28 April 2014. Bentuk finalnya akan diterbitkan pada pertengahan tahun ini. Sementara ini buku tersebut tengah menunggu masukan tambahan berikutnya dari sekitar seratus pakar.
Menurut kepala Bappenas, Prof Armida Salsiah Alisjahbana, pemutakhiran buku status Keanekaragaman Hayati (Kehati) Indonesia tersebut merupakan modal dasar perencanaan nasional. “Merupakan modal dasar menyusun RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah),” ucap kepala Bappenas, Prof Armida Salsiah Alisjahbana, pada sambutannya.
Menteri LH, Prof Balthasar Kambuaya mengatakan, dengan diketahuinya potensi Kehati kita dapat menentukan target nasional pengurangan laju kemorosotan Kehati yang akan termuat dalam IBSAP (Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan) 2014-2020. Target nasional Kehati sejalan dengan target global kehati atau yang dikenal sebagai Aichi Biodiversity Targets dalam kerangka Convention on Biological Diversity (CBD) serta mendukung upaya penurunan emisi gas rumah kaca.
Balthasar mengatakan, buku inventaris tersebut dapat memperkokoh klaim kepemilikan kehati Indonesia di mata internasional. Dia mengatakan, pernah dalam Convention on Biological Diversity di Hyderabad (India), dia memprotes ketika India hendak mengklaim Burung Kasuari sebagai bagian dari kekayaan kehati mereka.
Peneliti LIPI, Prof Ibnu Maryanto mengatakan, buku IBSAP terakhir kali disusun pada 1993, sehingga perubahan sudah sangat banyak.
Kehati berarti semua mahluk yang hidup di bumi, termasuk semua spesies tumbuhan, binatang dan mikroba. Indonesia merupakan salah satu dari 12 Pusat Kehati Dunia yang memiliki lebih kurang 28.000 jenis tumbuh-tumbuhan, dan di antaranya terdapat 400 jenis buah-buahan yang dapat dimakan dan sangat bermanfaat sebagai sumber keanekaragaman genetik bagi pemuliaan. Indonesia punya 7500 jenis tumbuhan obat yang merupakan 10% tumbuhan obat yang ada di dunia. Namun, baru 940 spesies tanaman yang telah diidentifikasi dan lebih dari 6000 spesies tanaman bunga, baik yang liar maupun dipelihara telah dimanfaatkan untuk keperluan bahan makanan, pakaian dan obat-obatan.