Koordinator jaringan Majelis Pelayan Jakarta (MPJ) – Dr Taufan Maulamin mengungkapkan urgensinya memilih pemimpin Muslim bagi masyarakat ibukota Jakarta. Seperti apakah pendapatnya tersebut?
Menurut Taufan Maulamin, ada beberapa latar belakang yang menjadi urgensi bagi masyarakat Jakarta memilih pemimpin dari kalangan kaum Muslim.
“Pertama tentu karena teologis. Karena ajaran agama Islam memerintahkan itu Ini adalah masalah keyakinan, yaitu Surat Al Maidah 51,” jelas Taufan saat dijumpai MySharing akhir pekan lalu di Jakarta.
Urgensi yang kedua, lanjut Taufan adalah, bahwa pemimpin itu adalah merepresentasikan dari masyarakat yang dipimpinnya.
“Rejim demokrasi apa pun yang paling afdol sekalipun, dia selalu merepresentasikan bahwa seorang kepala suku, maka diambil dari sukunya sendiri dan bukan diambil dari suku lain. Jadi secara sosiologis pemimpin adalah dari dan mewakili penduduknya,” papar Taufan.
Karena itu, lanjut Taufan, karena masyarakat Jakarta adalah sebagian besar penduduknya Muslim, maka menurutnya untuk posisi pemimpinnya juga sudah seharusnya berasal dari kaum Muslim pula.
Taufan Maulamin lalu menambahkan, dengan memilih pemimpin yang Muslim maka bagi masyarakat Muslim hal tersebut adalah meletakkan harapan yang lebih baik.
“Dia meletakkan harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Karena secara aqidah, kalau kita memililh yang baik, tentu nanti di dunia maupun di akhiratnya juga dapat akan mendapatkan kebaikan,” lanjut Taufan yang sehari-harinya adalah praktisi ekonomi syariah.
Selain itu, lanjut Taufan, dalam konteks memilih Pemimpin seperti di Pilgub DKI Jakarta kali ini, maka masyarakat luas di Jakarta akan membanding-bandingkan pemimpin yang berkuasa sekarang ini, dengan pemimpin-pemimpin lainnya.
“Tidak dinafikkan keinginan masyarakat. Bahwa masyarakat itu kan juga membanding-bandingkan. Taruhlah kalau Ahok tidak lah berperilaku seperti sekarang. Jadi artinya ada keinginan di masyarakat kita untuk mengedepankan kesantunan atau keadaban ketimbang profesionalisme. Memang ada baiknya beberapa sikap profesionalisme dari Ahok. Tapi itu jadi tenggelam, karena masyarakat kita lebih mengedepankan kesantunan dan keadaban,” papar Taufan.
Selain itu, lanjut Taufan, dirinya menangkap, bahwa banyak masyarakat Jakarta sekarang ini yang sangat menginginkan perubahan.
“Yang jelas, apa sih enaknya mendapati kota Jakarta yang pemimpinnya hiruk pikuk ribut terus. Polanya sama, membuat sesuatu lalu tergelincir, kemudian minta maaf. Dan itu terulang lagi terus menerus. Ibarat, setiap hari menabuh sarang lebah. Akhirnya banyak energi yang menjadi terbuang. Masyarakat juga menjadi tidak tenang. Pembangunan juga akan sulit berjalan lancar kalau terus terjadi hiruk pikuk,” demikian tandas Taufan Maulamin.