Gempa ILustrasi

Umat Yang Hanya Ramai di Medsos

Oleh : Deden F. Radjab (Pengamat Politik)

Akankah kita hanya akan berisik saja di medsos dan mengutuk kekalahan?

Deden F. Radjab, Pengamat Politik/ Mantan Komisioner KPU Jakarta Timur
Deden F. Radjab, Pengamat Politik/ Mantan Komisioner KPU Jakarta Timur

Pasca Pemilu 2019 intensitas WhatsApp Group (WAG) dan medsos lainnya luar biasa. Yang untung adalah para provider dan penjual kuota karena segala unek-unek semuanya ditumpahkan di medsos tersebut. Bahkan tidak sedikit yang “terkena” Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) tetapi masih saja ramai broadcast perihal hasil pemilu maupun harapan-harapan perubahan.

Kalau saya berprinsip gone with the win atau bisa juga let be gone be by gone karena tak ada kemampuan untuk mengubah hal-hal yang sudah terjadi tetapi bahwasanya hidup ini terus berlanjut dan ada “asa” untuk kedepannya. Inilah yang seharusnya kita perjuangkan.

Kita ingin mendapatkan pemimpin yang bisa mengubah keadaan yang buruk menjadi yang lebih baik. Juga membuat bahagia rakyatnya maka kita tidak bisa berpangku tangan apalagi hanya sekadar ramai di medsos. Untuk itu menjelang Pilkada serentak tahun 2020, kita sebagai umat Islam harus cerdas dan waspada. Yaitu, untuk menyikapi sekecil apapun yang terjadi baik di dunia maya maupun di dunia nyata.

Nah, untuk lebih banyak pemimpin Muslim yang baik dan amanah serta istiqomah, umat Islam wajib menyikapi dan menyiapkan segala sesuatunya dalam rangka Pilkada serentak 2020.

Kalau hanya teriak-teriak di medsos tidak akan ada gunanya, tanpa persiapan menghadapi kontestasi memilih pemimpin lokal ( daerah ). Hal ini karena, jika pada 2020 nanti mayoritas yang menguasai adalah kaum sekuler, siap-siaplah umat Islam akan semakin terpinggirkan.

Dari 261 Kabupaten/ Kota yang akan melakukan Pilkada ada beberapa kota yang akan amat seru pertarungannya yakni:

Pertama, Kota Medan sebagai kota suku Melayu tetapi selama ini diidentikkan dengan suku nonMuslim padahal kota ini dahulunya adalah pusat Kerajaan Deli dan pada Pilkada 2015 tingkat partisipasi masyarakatnya hanya 25,4 %. Sedangkan golongan 74,6 % berarti ada resistensi dari masyarakatnya terhadap Paslon yang maju atau sistem pengkaderan untuk bakal calon yang maju.

Kedua, Kota Batam adalah pintu gerbang Indonesia di selat Malaka yang berhadapan langsung dengan Singapura.

Termasuk Pilkada Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang juga akan dilaksanakan pada waktu yang bersamaan. Itu sangat strategis mengingat Gubernurnya kena Operasi Tangkap Tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (OTT KPK) soal reklamasi. Apakah cuma itu? Pastinya tidak karena itu, hanya sekadar gunung es di tengah samudera luas.

gone with the win Click To Tweet

Belum lagi Pilkada di beberapa kabupaten di Kepri seperti Kabupaten Anambas, Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna, Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga yang semuanya adalah daerah strategis berhadapan ke laut Natuna (Cina Selatan). Laut yang juga menyimpan cadangan minyak dan gas alam yang besar.

Ketiga, Kota Metro Lampung dan Kota Bandar Lampung adalah kota pelintasan dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya. Jika wilayah ini dipimpin oleh orang yang tidak amanah maka akan berdampak luas terhadap perekonomian di daerah provinsi Lampung baik di bagian Utara maupun Selatan.

Keempat, Kota Cilegon yang kita ketahui adalah kota Industri baja Krakatau Steel (KS). Tetapi, belakangan ini yang terdengar hanyalah keprihatinan. Kota ini juga sebagai kota perlintasan dari Jawa ke Sumatera atau sebaliknya. Jika dikelola dengan baik maka akan menjadi kota yang tingkat pertumbuhan ekonominya paling tinggi untuk tingkat Kotamadya.

Kelima, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) sebagai kota satelit Daerah Khusus Ibukota (DKI) merupakan daerah penyangga yang terbaik dan area tanah saat ini dikuasai hanya oleh segelintir orang dan pengembang. Jika umat tidak acuh maka siap-siap akan kecewa.

Apalagi kemaren kita tau bahwa ada yang sudah mendeklarasikan putrinya Ma’ruf Amin akan maju. Isteri Sandiaga Uno “katanya” juga akan maju pastilah seru konstelasimua. Apakah kita akan hanya jadi penonton?

Keenam, Kabupaten Karawang juga adalah kota yang semula agraris lumbung beras kini menjadi kota Industri. Ini kota yang mulai banyak dihuni oleh ekspatriat dengan pembangunan hunian mewah yang jika tidak dikendalikan dengan baik dan benar maka yang rugi adalah Republik ini. Karena, sebagai lumbung pangan akan menggerogoti ketahanan pangan nasional.

Ketujuh, Kabupaten Indramayu adalah kabupaten yang kaya dengan cadangan minyak dan gas buminya, tetapi mengapa rakyatnya masih banyak yang di bawah taraf hidup layak. Seharusnya, jika pendapatan asli daerah (PAD) dan konsesi minyak bumi bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi rakyat tentu bisa mengubah daerah tersebut.

Kedelapan, Kota Surakarta juga adalah daerah/ zona pertarungan yang menarik dikarenakan putra Jokowi akan turun berlaga, maka perlu kiranya ada “penyeimbang” yang ikut bertarung di daerah tersebut.

Termasuk di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo sebagai daerah penyangga Solo Raya.

Kesembilan, Kotai dan Kabupaten Blitar sebagai basic konstituen”Sukarnois” juga salah satu daerah yang menarik untuk dicermati.

Kesepuluh, Kota Surabaya yang kita ketahui sebagai gerbang Jawa Timur tentu kontestasinya akan menjadi perhatian masyarakat Indonesia pada umumnya.

Sebagai kota multikompleks maka yang maju juga haruslah yang mumpuni. Apalagi sekarang sudah digadang-gadang Ahok akan maju di daerah tersebut, tentu akan meramaikan “pertarungannya”.

Jika umat Islam lengah, jangan kecewa apalagi marah karena kesalahan itu ada di diri Anda sendiri! Click To Tweet

Kesebelas, Kota Makasar sebagai pusat perekonomian wilayah Timur Indonesia yang pada Pilkada 2018 Paslon yang diusung oleh Parpol dikalahkan oleh kotak kosong tentu menjadi hal yang sangat menarik untuk kita sikapi dengan seksama.

Dan masih banyak lagi daerah-daerah lainnya yang punya potensi dan spesifikasi khusus yang harus dicermati.

Apakah rakyat atau wabilkhusus umat Islam hanya bisa menonton saja atau paling banter mengeluh dan ramai di medsos?

Ingat Pilkada serentak tahun 2020 adalah, 261 Pilkada tingkat Kabupaten/Kota dan sembilan Pilkada tingkat Provinsi.

Jika umat Islam lengah, jangan kecewa apalagi marah karena kesalahan itu ada di diri Anda sendiri!

Jakarta, 18 Agustus 2019

Salam GEMPA