Berikut Bahaya Cacing Parasit Anisakis sp. Dalam Makarel

Belum lama ini warganet dikejutkan kabar dari Pekanbaru, Riau.

Balai n Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Pekanbaru mengungkapkan bahwa ada produk impor ikan mackarel kaleng yang terbukti mengandung cacing.

Ketiga produk asal China ini berlabel IO, Farmer Jack dan HOKI.

Hal ini kemudian viral di media sosial yang menyebut bahwa jenis cacing dalam produk merupakan cacing pita. Namun, Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Kota Pekanbaru, Muhammad Kashuri berkata cacing bukan berasal dari jenis cacing pita.

Cacing parasit yang ditemukan pada sarden ikan makarel adalah jenis cacing parasit Anisakis sp. yang merupakan anggota Anisakidae.

Cacing anisakis sp. merupakan cacing parasit yang menyerang ikan laut. Cacing anisakis sp dapat menginfeksi salmon, hering, ikan cod, mackerel, cumi, kakap merah, dan halibut. Cacing masuk ke usus inangnya, bereproduksi dan mengeluarkan telurnya ke laut lewat tinja inangnya.

Cacing parasit Anisakis sp. yang ditemukan dalam makanan kaleng sarden ikan makarel dalam kondisi mati.

Penny mengkonfirmasi ketika ditemui di Jakarta pada Kamis (29/3/2018) dan mengatakan, “Jadi temuan cacingnya dalam kondisi mati tapi setelah kita telusuri dan bagaimana nanti ada ahlinya yang jelaskan, efeknya tidak ada zat yang berbahaya.”

Penny menjelaskan bahwa terdapat efek samping bagi tubuh saat tidak sengaja mengonsumsi cacing parasit dari makanan olahan tersebut.

Terkait efek lain dari cacing parasit, Penny menjelaskan adanya alergi karena protein cacing itu dimana kandungan protein dalam cacing tersebut menjadi dapat menjadi alergen, aspek higienis ini tidak memenuhi syarat.

Anisakis sp. dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan anisakiasis.

Anisakiasis adalah infeksi akibat parasit pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh konsumsi makanan laut mentah atau kurang matang yang mengandung larva nematoda Anisakis sp.

Mengutip situs NCBI, kasus infeksi pertama kali yang diakibatkan oleh Anisakis sp. di ketemukan lebih dari 50 tahun yang lalu di Belanda oleh Van Thiel.

Nama ini mencuat sejak 1960an di kalangan periset dari Belanda. Jepang termasuk negara dengan jumlah anisakiasis tertinggi yakni sebanyak dua ribu hingga tiga ribu kasus per tahun.

Dia mendeskripsikan nematoda laut di pusat phlegmon usus eosinofilik dari seorang pasien yang menderita nyeri perut akut sebagai ‘temuan yang sangat tidak biasa.’

Kemudian, nematoda tersebut diidentifikasi sebagai Anisakis sp.

Sejak itu, sebagian besar kasus anisakiasis telah dijelaskan oleh penulis Jepang, mencerminkan seringnya konsumsi ikan mentah di negara tersebut.

Cacing yang masuk ke tubuh manusia akan menginvasi dinding perut atau usus sehingga mengakibatkan rasa sakit, mual dan muntah. Dalam beberapa kasus, orang dapat mengalami komplikasi termasuk pendarahan pada pencernaan, peradangan pada dinding dalam perut dan kerusakan usus.

Namun, ada kasus yang terlihat di Amerika Serikat, Eropa, Amerika Selatan, dan daerah lain di dunia juga berisiko terkena anisakiasis karena makan ikan setengah matang.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat merekomendasikan untuk memanaskan makanan laut setidaknya hingga 63 derajat Celcius. Selain itu, Joana Carmo, periset dan petugas medis di Departemen Gastroenterologi Rumah Sakit Egas Moniz, Portugal mengatakan pendinginan sebaiknya dilakukan hingga suhu -20 derajat Celcius selama 72 jam untuk membunuh parasit.

Tanda dan gejala anisakiasis adalah nyeri perut, mual, muntah, distensi abdomen, diare, darah dan lendir dalam tinja, dan demam ringan. Sedangkan reaksi alergi dengan ruam dan gatal juga bisa terjadi.