Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya Plt Basuki Tjahja Purnama alias Ahok dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Gubernur DKI Jakarta di Istana Negara Jakarta, Rabu (19/11) pukul 14.00 WIB. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghimbau agar umat Islam introspeksi, bahwa Ahok dilantik menjadi gubernur sudah sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku di negeri ini.

Kepala Sekretariat MUI Pusat, H.M.Isa Anshary,MA mengatakan, sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, penetapan Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta itu ada ditangan DPRD DKI Jakarta. “Ahok hari ini dilantik oleh Presiden Jokowi. MUI tentu mendukung yang penting sesuai perundang-undangan yang berlaku,” kata Isa kepada MySharing, di kantor MUI Pusat Jakarta, Rabu (19/11).
Namun, tegas Isa, sekarang ini ada banyak pertanyaan kenapa bukan orang Islam?”Saya tidak bicara soal diskriminasi China dan Kristen. Atas pertanyaan itu, umat Islam harus introfeksi,” katanya. Ia menuturkan, padahal mayoritas warga DKI Jakarta adalah umat Muslim yang religius. Namun melalui pemilu Gubernur DKI Jakarta dan Wakil Gubernurnya pada Juli 2012 lalu, rakyat Jakarta-lah yang memilih pasangan Jokowi dan Ahok. Sehingga sebaiknya umat Muslim introfeksi, karena hari ini masih ada hari esok, bahkan lima tahun mendatang ada pemilihan kepala daerah (Pemilukada) lagi melalui DPRD atau langsung oleh rakyat.
Terkait introfeksi umat Islam, baik politikus maupun professional yang penting menurut Isa dalam menjalankan tugas negara meletakan sesuai amanah. Yang dalam bahasa santrinya :”Letakkan sesuatu pada tempatnya”. Ada tambahan hadist Nabi yang bunyinya :”Kalau kamu menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya, tunggu kehancurannya.”
“Asal meletakkan orang pada tempatnya dan menjalankan sesuai dengan Indonesia yang bukan negara agama dan negara sekuler. Yang katanya negara Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa,” kata Isa. Ia pun berpendapat, yang penting Ahok bekerja sesuai amanah dan sumpah yang dia ucapkan. Untuk menyelesaikan permasalah yang ada di Jakarta yaitu macet, banjir dan sebagainya bagi kemaslatan umum.
Sedangkan yang Islam, masalah muamalat dan masalah akidah, kata Isa, kebalik bumi sama langit. Kita sebagai Muslim, dia sebagai non-Muslim tidak akan ketemu. Dia yang percaya Yesus anak Tuhan, kita yang mempercayai bahwa nabi Isa adalah Nabi dan Rasul. Memang tidak dipungkiri, di Amsterdam, walikotanya Muslim, duta besar Norwegia di Jakarta dan duta besar Bulgaria juga Muslim. Padahal mayoritas warganya di sana non-Muslim. Mungkin hal ini juga yang akhirnya menjadi pertanyaan warga Jakarta kenapa gubernurnya bukan orang Islam? Isa pun kembali menegaskan, yang memilih Jokowi dan Ahok menjadi DKI 1 adalah masyarakat Jakarta.
Lalu dengan dipilih Ahok jadi Gubernur DKI Jakarta, lanjut Isa, siapa yang salah? Kita menyalahkan diri kita atau bagaimana? Itu adanya sampai sekarang dan hari ini undang-undang mengatur demikian. Kalau gubernurnya berhalangan tetap, meninggal dunia, sakit permanen dan kemungkinan mengundurkan diri. Seperti sekarang gubernur Jokowi yang mengundurkan diri karena menjadi Presiden RI. Maka wakilnya sesuai dengan UU dan peraturan yang berlaku di negara Indonesia, Ahok akan menggantikan Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta. “Apa kita lawan dengan Allahu Akbar?,” tegas Isa.
Nah oleh karena itulah, Isa menghimbau agar mempersiapkan diri untuk masa depan SDM umat Islam yang mapan dan profesional. Mengaca pada keadaan sekarang, umat Islam kenapa tidak bisa bersatu? ”PPP saja jungkir balikkan kursi di DPR mempermalukan jadinya,” kata Isa.
Menurut Isa, seharusnya sikap para politikus partai Islam tersebut menjadi teladan bagi orang banyak. Namun atas peristiwa di DPR beberapa waktu lalu yang dilihat oleh semua masyarakat Indonesia yang mayoritas umat Muslim, tidak bisa untuk diteladani lagi.”Keteladaan itulah yang kurang sekarang ini,” pungkasnya.

