Kurus, putus asa, dan terusir. Menampung pengungsi Rohingya di Aceh adalah tindakan kemanusiaan. Lanznas BMH pun kirim tim Kemanusiaan.
Ribuan pengungsi dari Rohingya dan Bangladesh mendatangi Indonesia, Malaysia dan Thailand. Di Indonesia sendiri, pengungsi-pengungsi itu memakai perahu dan terdampar di Aceh dan Sumatera Utara. Total pengungsi rohingya yang masuk ke Aceh sebanyak 1,364 orang dari Myanmar dan Bangladesh.
Senin, 18 Mei 2015, Baitul Maal Hidayatullah bergerak cepat untuk membantu pengungsi dari Rohingya dan Bangladesh. Tim kemanusiaan BMH diturunkan untuk terlibat langsung dalam penanganan pengungsi.
Dri siaran pers yang diterima MySharing (21/5), Rahmat Effendi, Koordinator Tim Kemanusiaan BMH menjelaskan bahwa saat ini pengungsi dari Rohingya berada di posko Kuala Langsa. Ada sekitar 680 pengungsi yang terbagi dalam dua posko yakni posko untuk pengungsi dari Rohingya dan posko untuk pengungsi dari Bangladesh. Selain itu pengungsi Rohingya juga berada di posko Aceh Tamiang dan posko Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara
Kondisi pengungsi sangat memprihatinkan, seperti yang dituturkan Muh. Armen (30th) salah seorang pengungsi dari Rohingya yang mengatakan bahwa ia dan ratusan pengungsi lainnya terombang ambing dilautan selama 2 bulan dan 10 hari.
Banyak yang Mati di Laut
Mereka pun sudah pasrah tidak tahu kemana, sebab bekal di kapal sudah habis sejak 10 hari sebelum sampai ke Aceh. Bahkan ada beberapa yang meninggal dunia di atas kapal tersebut. Karena tidak ada pilihan lain, mayatnya pun akhirnya dibuang ke laut. “Kami juga sempat ketakutan ketika kapal-kapal nelayan Aceh mendekat, sehingga kami hanya bertakbir Allahu Akbar..Allahu Akbar, ternyata mereka mau menolong kami’ujar Armeen yang didampingi tim BMH, Rahmat Efendi.
Rahmat Efendi mengungkapkan kondisi pengungsi masih tidak stabil, masih ada rasa takut, namun mereka juga bahagia. Selain itu mereka juga sangat kurus-kurus. Sehingga membutuhkan uluran tangan kita semua. Selain itu diperlukan penanganan bersama baik pemerintah ataupun swasta serta lembaga-lembaga zakat seperti BMH.
BMH pada tahap penyaluran awal mentargetkan untuk membantu penambahan gizi bagi para pengungsi. “Alhamdulillah mereka mendapat makan dari dapur umum dan kami dari BMH membantu untuk tambahan gizi mereka seperti pengadaan susu dan juga makanan untuk anak-anak dan bayi.” ujar Rahmat.[su_pullquote align=”right”]”Kami juga sempat ketakutan ketika kapal-kapal nelayan Aceh mendekat, sehingga kami hanya bertakbir Allahu Akbar..Allahu Akbar, ternyata mereka mau menolong kami”[/su_pullquote]
Perlu Sinergi Umat
Untuk penanganan pengungsi Rohingya ini, yang mereka ini juga Muslim, mereka ini disebut sebagai kaum Muhajirin dan kita yang ada di Indonesia sebagai Anshor, sehingga wajib untuk membantu mereka.
“Perlu sinergi dalam mengulurkan bantuan untuk saudara-saudara kita di Rohingya, dan tentu akan banyak hal yang mereka butuhkan, mulai dari layanan kesehatan, sandang, makanan, pakaian, perlengkapan sholat seperti sarung, mukena dan juga Al-Qur’an serta penyediaan air besih. Selain itu harus direncanakan secara bersama untuk membangun shelter-shelter yang mereka bisa tempati. Selain itu mereka membutuhkan trauma healing bagi anak-anak,’” tambah Rahmat.
Saat ini pengungsi bisa melakukan sholat berjamaah kembali di mushola darurat yang ada di pengungsian. Muh. Armen pun mengucapkan terima kasih kepada nelayan Aceh dan masyarakat yang menampung mereka saat ini.