Dorong Wisata Syariah, Indonesia Harus Punya Target Besar

[sc name="adsensepostbottom"]

Upaya menarik perhatian wisatawan muslim mancanegara perlu terus digalakkan. Pemerintah menargetkan setidaknya wisata syariah dapat menyumbang sekitar 25 persen bagi industri pariwisata nasional.

wisata keluarga muslimMenteri Pariwisata, Arief Yahya, menuturkan jika ingin bersaing dengan negara lainnya, maka harus bisa melakukan dan menargetkan hal yang lebih baik dari pasar. Saat ini di Thailand wisatawan muslim menyumbang sekitar 25 persen bagi industri pariwisatanya, sedangkan Malaysia sebesar 24 persen. “Kita harus lebih baik dari kompetitor terdekat. Nah kalau di regional itu Malaysia, tapi secara profesional Thailand lebih baik,” ujar Arief disela-sela Focus Group Discussion Halal Tourism and Lifestyle di Jakarta Convention Center, Selasa (12/5).

Ia mengungkapkan Thailand berhasil menggaet turis dari Timur Tengah hingga 600 ribu jiwa dan Malaysia sampai 300 ribu orang. Sementara, jumlah kunjungan wisatawan Timur Tengah Indonesia baru 150 ribu. “Apa yang terjadi? Thailand lebih menawarkan lifestyle-nya, sedangkan Malaysia family tourism. Untuk meningkatkan ke angka 300 ribu wisatawan tidak susah kok. Di Timur Tengah pengambil keputusan (untuk berlibur) itu bukan bapak, maka harus pasang iklan di majalah yang dibaca ibu. Mereka lebih ke arah family tourism, maka akan pasang iklan pariwisata terkait itu,” kata Arief. Baca: Wisata Halal Jadi Salah Satu Proyek Utama Thailand

Di sisi lain, Arief pun tak mengesampingkan potensi wisatawan asal Tiongkok yang kunjungannya terus meningkat akhir-akhir ini ke Indonesia. Pada Februari 2015 year-to-date wisatawan Cina menduduki peringkat satu dalam kontribusi kunjungan wisata ke Indonesia, mengalahkan Malaysia dan Singapura. Arief pun mengakui ada potensi besar untuk menarik wisatawan Cina muslim yang berjumlah 100 juta orang untuk berkunjung ke Indonesia. Pasar tersebut dinilai sangat potensial bagi tiga destinasi wisata syariah yaitu Aceh, Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat.

Produk Halal Unggulan
Sementara, Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah, Riyanto Sofyan menuturkan halal tourism and lifestyle penting untuk dikembangkan karena memiliki potensi pasar yang besar dan telah menjadi bagian dari tren dunia. Oleh karena itu, dalam implementasinya harus menciptakan produk halal yang kompetitif dan mengedepankan kualitas dan profesionalisme. Baca: Indonesia Bidik Jadi Pusat Produk Halal Dunia

Ia melanjutkan saat ini masih ada tantangan di dalam industri seperti terasa kurangnya ketersediaan layanan wisata syariah dan kualitasnya, serta terbatasnya infrastruktur usaha dan kebijakan pendanaan wisata syariah. “Solusinya harus ada sosialisasi terhadap prospek dan potensinya, dan yang penting juga ada standar tentang wisata syariah. Ini harus ada satu kesepakatan. Hal kedua, karena terbatasnya infrastruktur usaha dan kebijakan pendanaan wisata syariah, maka ada rekomendasi untuk mendorong pemerintah. Malaysia mungkin kuat dalam branding dan promosi, tapi mungkin kita kuat dalam produk,” ujar Riyanto saat membacakan report sementara FGD.

Di lain pihak, menurut Riyanto, Indonesia belum dikenal sebagai pusat wisata syariah, maka perlu adanya paket destinasi wisata syariah dunia. “Jadi perlu ada paket halal unggulan di Indonesia. Ini dibarengi dengan positioning dan diferensiasi image yang tepat dengan promosi yang sesuai kebutuhan target pasar. Dengan demikian, Insya Allah Indonesia menjadi global leader dalam industri halal tourism and lifestyle,” tukas Riyanto.