Ekonomi negara-negara Arab kehilangan lebih dari USD 1 triliun sejak ISIS menyatakan pendirian khalifahnya di Irak dan Suriah tahun lalu.

Selain itu, perdagangan lintas batas dan investasi di kawasan ini juga telah kian dibatasi. Masuknya pengungsi menambah ketgangan di tiap perbatasan. Ditambah lagi, melemahnya harga minyak mentah.
Pada 2014, menurut laporan oleh International Institute for Strategic Studies yang diterbitkan pada April lalu, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Oman, dan Qatar telah mengimpor senjata bernilai sekitar USD 109 miliar tahun lalu, meningkat 44% dari 2012.
Irak Terpukul Keras
Penyebaran cepat ISIS di Irak dan pengeluaran militer besar untuk melawan kelompok militan Muslim Sunni telah memukul keras perekonomian Irak.
The Economist Intelligence Unit (EIU) memperkirakan bahwa munculnya IS menyebabkan kontraksi 3,2% di sektor non-minyak Irak pada 2014, mengimbangi pertumbuhan 4,4% dalam produksi minyak dan mengakibatkan pertumbuhan nol secara keseluruhan. Perkiraan pertumbuhan oleh EIU untuk Irak hanya 1,8% pada 2015.
Beberapa laporan pemerintah Irak menyatakan kerugian langsung negara dari pertempuran melawan ISIS memakan lebih dari USD 200 miliar hanya dalam satu tahun.
Seorang juru bicara Kementerian Perencanaan, Abdul-Zahra Al-Hindawi, mengatakan bahwa pemerintah mengalokasikan IQD 500 miliar (USD 420 juta) untuk memperbaiki kerusakan perang. Namun, jumlahnya tidak cukup. Ia mengatakan Irak akan membutuhkan sekitar Rp 25 miliar untuk merekonstruksi Saladin, Diyala dan Anbar.
Belanja militer telah meningkat secara substansial dan biaya pendukung sekitar 3 juta orang yang telah mengungsi juga merupakan beban besar untuk keuangan pemerintah pada saat harga minyak sedang jatuh.
Investor Asing Menjauh
Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Bank Dunia tahun lalu mengatakan bahwa biaya perang Suriah dan penyebaran ISIS diperkirakan memakan hingga USD 35 miliar. Konflik ini telah menurunkan standar hidup penduduk Arab di negara tetangga dari negara yang diserang ISIS. Hal ini karena negara tetangga itu harus berurusan dengan masuknya pengungsi. Misalnya, rata-rata pendapatan per kapita di Lebanon menurun 11% dan di Yordania 1,5%.
Izzat Abdullah, seorang profesor ekonomi di Teeba Academy, mengatakan serangan oleh pejuang ISIS dan kelompok militan lainnya membuat investor asing ketakutan dan pergi. Sehingga produksi rendah dan tingkat pengangguran meninggi. Dia mengatakan, yang langsung terkena serangan militan seperti Mesir, Irak, Suriah, Yaman dan Tunisia yang paling menderita secara ekonomi.

