Indonesia memiliki potensi keuangan syariah yang cukup besar. Namun, ada beberapa area yang masih perlu dikembangkan untuk menjadikan industri keuangan syariah lebih besar.

Selain itu, lanjutnya, likuiditas di pasar sekunder sukuk juga menjadi area penting. Pasalnya ketika bisa menciptakan pasar yang likuid, maka akan lebih bisa mendorong pasar sukuk dan banyak investor yang ingin investasi di pasar keuangan syariah. “Hal lainnya yang terutama adalah layanan. Banyak bank dilihat dari kualitas layanannya dan juga bank syariah perlu biaya dana lebih rendah dari bank konvensional,” ujar Ibrahim. Baca: Menata Sistem Keuangan Syariah
Ia mengungkapkan IDB telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak di Indonesia untuk mendukung pengembangan industri keuangan syariah tanah air. Ibrahim menuturkan IDB bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan untuk mengembangkan infrastruktur, menyelenggarakan pelatihan dan pengembangan produk baru. Selain itu, ODB juga bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional untuk penghimpunan dan penyaluran dana zakat ke pedesaan untuk program pembangunan komunitas masyarakat.
“Kami juga investasi di sektor perbankan, dimana IDB adalah pemegang saham terbesar di Bank Muamalat Indonesia dan kami sedang mempertimbangkan untuk investasi lebih banyak lagi di sektor keuangan. Jadi kami bekerjasama dengan banyak regulator dan banyak pihak,” pungkas Ibrahim.
Salah satu proyek investasi IDB di Indonesia yang masih dalam tahap pembahasan adalah terbentuknya bank infrastruktur syariah. Namun, Ibrahim masih enggan untuk memaparkan rencana itu lebih lanjut karena masih dalam tahap diskusi. Baca: Pemerintah Upayakan Indonesia Jadi Host Islamic Investment Infrastructure Bank

