Infrastruktur menjadi hal penting bagi pengembangan ekonomi di suatu daerah. Dengan infastruktur memadai, maka akan semakin memudahkan akses masyarakat. Namun masyarakat Papua harus mengerahkan upaya dua kali lipat karena infrastruktur yang minim.

Ia memaparkan pemahaman sumber daya manusia yang terbatas mengenai dunia usaha dan infrastuktur yang minim acapkali menjadi penyebab kurang berkembangnya wirausaha di Papua. “Misalnya saja UKM di Wamena untuk mengangkut barangnya keluar saja sudah berbiaya tinggi karena biaya transportasi via udara yang mahal. Sementara, untuk mencari mitra kerjasama ke luar Papua juga masih terbatas,” kata Johan.
Hal serupa juga dialami infrastruktur yang mendukung wisata di Papua. Johan menuturkan banyak daerah wisata yang potensial di Papua, tetapi sarana dan prasarananya masih terbatas. Ia pun menyontohkan potensi wisata bahari yang mengagumkan di Raja Ampat, namun di masa awalnya aksesnya masih cukup sulit. “Akhirnya kami membiayai tiga kapal cepat di sana, dimana satu kapal cepat mampu menampung hingga 500 orang,” ungkap Johan. Potensi wisata lainnya adalah Festival Danau Sentani di Jayapura, dan Lembah Baliem di Wamena.
Oleh karena itu, agar perekonomian Papua bisa terus berkembang, infrastuktur patut dibenahi. “Kami berharap pemerintahan baru punya kebijakan khusus agar Papua bisa maju, karena dalam jangka panjang masa depan Indonesia ada di sana. Selain itu, kita juga harus mempersiapkan diri dengan baik menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN,” tukas Johan.
1000 Wirausaha Asli Papua
Pada pertengahan 2013 Bank Papua pun meluncurkan program 1000 Wirausaha Asli Papua yang bertujuan menelurkan wirausaha asli Papua untuk mendorong perekonomian di pulau di bagian timur Indonesia tersebut. “Ini karena terbatas sekali jumlah wirausaha di Papua,” ujar Johan.
Pada tahun lalu Bank Papua telah mengirim 40 orang pelaku UKM Papua ke Rumah Perubahan yang diasuh Rhenald Khasali. Di tahun ini setidaknya sudah ada 50 orang yang diberangkatkan ke Malang untuk ikut pelatihan. Dari 90 orang yang telah mengikuti pelatihan, setidaknya ada 78 orang yang telah melakukan duplikasi usaha dan memberikan edukasi ke lingkungan sekitarnya.
Secara total nasabah di Bank Papua sebanyak 67 ribu, dimana 38.594 orang adalah nasabah UMKM. Total outstanding pembiayaan UKM sebesar Rp 4 triliun. Dari jumlah tersebut sebanyak Rp 2,19 triliun adalah pembiayaan UKM produktif. “Porsi pembiayaan UKM sudah 21,9 persen atau melebihi ketentuan BI yang mengimbau sebesar 20 persen dari pembiayaan,” ujar Johan. Saat ini aset Bank Papua sebesar Rp 21 triliun, pembiayaan Rp 12,9 triliun, dan dana pihak ketiga Rp 17,7 triliun (giro Rp 11,3 triliun, tabungan Rp 3 triliun, dan deposito Rp 3,4 triliun).

