Angka pengangguran Indonesia saat ini telah mencapai 7,4 juta orang. Program Institut Mentas Unggul yang dirintis Dompet Dhuafa pun berupaya menekan angka pengangguran di tanah air.

Salah satunya yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa Jogjakarta. Menurut Manajer Pendayagunaan Dompet Dhuafa Jogja, Bambang Edi Prasetyo, banyak faktor mengapa tingkat pengangguran masih bercokol di negeri ini. Terlebih di daerah pedesaan, banyak sekali masyarakatnya yang hidup dibawah garis kemiskinan lantaran tidak mendapatkan kesempatan memperoleh pekerjaan.
Selain itu, sumber daya manusia semakin terkikis karena biaya pendidikan yang sangat tinggi dan peluang kesempatan kerja bagi generasi muda yang tidak mampu melanjutkan pendidikan dinilai begitu sempit. “Mereka yang tidak memiliki skill (kemampuan) kecil kemungkinannya mampu bersaing dalam dunia kerja,” kata Bambang, dalam laman resminya, Senin (9/3). Baca: Sebagian Besar Penduduk Miskin Ada di Jawa
Oleh karena itu, melalui program Institut Mentas Unggul, Dompet Dhuafa Jogjakarta berupaya menekan jumlah pengangguran yang terjadi. Bentuk dari programnya adalah dengan memberikan pelatihan menjahit, serta di akhir pelatihan nanti diberikan modal sebagai aset usahanya. “Ini cara Dompet Dhuafa Jogja untuk menekan jumlah pengangguran di wilayah ini. Selain mengasah skill mereka, tentu saja kami akan terus memberikan pendampingan dan aset usaha yang nantinya mereka akan kembangkan,” ujar Bambang. Baca: Mau Sukses? Andalkan Allah SWT!
Menurut Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Jogjakarta, dilihat dari persebaran angka pengangguran terbesar ada di Kabupaten Sleman yang mencapai 19.406 orang, disusul Bantul 16.632 orang, Kota Yogyakarta 13.702 orang, Gunungkidul 7.385 orang dan Kulonprogo 6.764 orang. Bambang pun memaparkan program Institut Mentas Unggul sendiri telah berjalan di Kecamatan Mlati Sleman, Yogyakarta.
Sasaran program Institut Mentas Unggul adalah generasi muda yang belum memiliki keterampilan dan memiliki jenjang pendidikan yang rendah.Tahun ini Institut Mentas Unggul Jogjakarta memasuki angkatan ketiga, dan telah meluluskan sebanyak 30 orang. “Saya berharap selain skill yang nantinya akan mereka miliki, paling tidak mampu menjadi bekal untuk menaikkan taraf hidup yang lebih baik,” harap Bambang.

