islamophobia

Islamophobia Meningkat di Prancis Tahun Ini

[sc name="adsensepostbottom"]

Tiga minggu usai penyerangan ke markas Charlie Hebdo sentimen anti-Muslim semakin meningkat di Prancis. Angkanya bahkan hampir melampaui jumlah insiden di tahun 2014, padahal Januari 2015 saja belum berakhir.

islamophobiaLembaga National Observatory Against Islamophobia mencatat 128 insiden anti-Muslim terjadi di penjuru Prancis pada rentang waktu 7 Januari (penembakan di Charlie Hebdo) sampai dengan 20 Januari 2015. Insiden tersebut terdiri dari yang berupa 33 tindakan nyata (termasuk penyerangan terhadap masjid), dan 95 ancaman. Pelaporan terhadap insiden anti-Muslim ini hampir menyamai jumlah insiden yang terjadi di sepanjang 2014 yang mencapai 133 insiden. Angka tersebut pun hanya diperoleh dari insiden yang dilaporkan ke polisi.

Presiden National Observatory Against Islamophobia, Abdallah Zekri, menuturkan aksi Islamophobia telah mencapai puncaknya dengan menebarkan kebencian terhadap muslim Prancis lebih banyak daripada sebelumnya. “Aksi ini diprovokasi oleh kelompok yang berlaku seperti Nazi dengan menggambar slogan Nazi di masjid, dan mengungkit peristiwa suram di masa lalu,” kata Zekri kepada kantor berita Agence France-Presse, dilansir dari laman daily beast, Senin (26/1).

Terdapat beberapa penyerangan terhadap masjid di penjuru Prancis, seperti penembakan ke sejumlah masjid, sebuah granat yang meledak di masjid di Le Mans, aksi pembakaran yang merusak masjid di Aix-les-Bains, memasang kepala babi hutan di pintu depan masjid di Corsica, dan beberapa masjid yang disemprot cat mulai dengan tulisan “Arabs Get Out”, hingga logo swastika Nazi dan tulisan “Ich Bin Charlie” (Saya adalah Charlie-red). Baca: Ini Ulasan Berbagai Media Soal Charlie Hebdo!

Di tengah aksi Islamophobia inilah, saudara lelaki dari petugas polisi korban penyerangan Charlie Hebdo, Ahmed Merabet, yaitu Malek Merabet, menyampaikan agar masyarakat tak keliru menilai muslim dengan ekstremis. “Saya menyampaikan pesan ini bagi mereka yang rasis, Islamophobia, dan anti-Semit, untuk berhenti memicu perang, membakar masjid dan sinagog. Anda menyerang orang-orang, dan itu tidak akan mengembalikan mereka yang sudah tiada dan melegakan keluarga kami,” papar Merabet.

Sementara, Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls pun menyampaikan reaksinya atas aksi Islamophobia. Ia menuturkan aksi anti-Muslim yang tak dapat ditolerir dan diterima, serta menyerang masjid dan sejumlah tempat ibadah lainnya telah menodai nilai-nilai Prancis. “Islam adalah agama kedua terbesar di Prancis. Mereka memiliki haknya di Prancis,” ujar Valls. Baca: Pemimpin Grand Mosque Paris: Kami Hanya Ingin Hidup Damai

Prancis adalah negara dengan populasi muslim terbesar di Eropa, dengan estimasi lima juta jiwa. Berdasar data National Observatory Against Islamophobia, tahun 2014 menjadi tahun yang relatif damai bagi umat muslim di Prancis, turun 41 persen dibanding tahun 2013, setelah dalam tiga tahun sebelumnya aksi anti-Muslim meningkat.