Setidaknya 18,000 orang turun ke jalan di kota Dresden, Jerman, untuk gerakan Anti Islam di negara-negara Barat. Protes memicu kontraprotes di berbagai kota Jerman.

Meskipun dikecam oleh Kanselir Jerman, Angela Merkel menindaklanjuti kecaman banyak pihak akan potensi rasismenya, gerakan sayap kanan “Patriotic Europeans Against the Islamisisation of the Occident” (PEGIDA) tetap turun ke jalan pada Minggu (4/1). Intinya, PEGIDA memrotes yang disebutnya sebagai pengaruh Islam di banyak negara Barat.
Dari Aljazeera, gerakan PEGIDA pun dilawan oleh kelompok moderat di berbagai kota Jerman seperti Berlin, Stuttgart, Cologne, dan Dresden. Kelompok moderat yang tidak semuanya adalah Muslim menilai gerakan PEGIDA memicu diskriminasi dan Xenofobia alih-alih menumbuhkembangkan toleransi.
Kelompok bisnis, gereja, dan perusahaan listrik kota Cologne malah berencana untuk tetap mematikan aliran listrik di beberapa gedung dan fasilitas lainnya sebagai bentuk solidaritas terhadap demonstrasi masif PEGIDA.
Sejak tiga bulan terakhir, gerakan anti Islam PEGIDA di selatan Dresden berkembang pesat dari hanya ratusan pemrotes menjadi 17,500, pas sebelum Natal 2014.
Dari Dresden, demonstrasi PEGIDA menyebar ke kota-kota lainnya di Jerman, termasuk beberakan gerakan minor seperti berkumpulnya simpatisan di Berlin dan Cologne pada Minggu malam. Di sisi lainnnya, sekitar 10,000 kontra demonstrasi rencananya akan digelar Berlin, 2,000 di Cologne dan 5,000 di Stuttgart.[su_pullquote align=”right”]”PEGIDA adalah perlawanan terhadap ideologi politik anti-perempuan yang menekankan kekerasan, tetapi tidak terhadap Muslim terintegrasi yang tinggal di sini” [/su_pullquote]
Bukan Neo NAZI
Sempat dinilai sebagai kebangkitan Nazi, PEGIDA menolaknya dengan mengklarifikasi lewat laman Facbook-nya. Dalam pernyataannya di laman itu PEGIDA menyebut bahwa mereka melawan segala bentuk “Dakwah kebencian, apapun agamanya” dan “Radikalisme”, apapun motivasinya baik agama maupun politik . “PEGIDA adalah perlawanan terhadap ideologi politik anti-perempuan yang menekankan kekerasan, tetapi tidak terhadap Muslim terintegrasi yang tinggal di sini,” kata kelompok itu.
PEGIDA juga melarang penggunaan simbol dan slogan neo-Nazi dalam demonstrasinya, meskipun kritikus menganggap, gerakan ini mendapat dukungan dari kelompok neo-Nazi.
Lutz Bachmann, Koordinator Utama PEGIDA, menolak berkomentar lebih lanjut tentang platform partainya ketika didekati oleh wartawan saat unjuk rasa. Cem Ozdemir, salah satu Ketua Partai Hijau Jerman dan dia sendiri adalah keturunan imigran Turki, mengatakan di stasiun televisi Jerman kemarin bahwa dia juga melawan segala bentuk ekstremisme, “intoleransi tidak bisa dilawan dengan intoleransi”. “Masalahnya bukan antara Kristen dan Muslim,” katanya, “Masalahnya terletak antara mereka yang intoleran dan mereka yang mayoritas”.
Sementara dari hashtag #Pegida di jejaring sosial Twitter, dukungan dan kecaman terhadap PEGIDA datang silih berganti. Salah satu pengecam gerakan anti Islam, misalnya datang dari akun @tony_hartin mengatakan “A warning from history: the #Pegida rallies have to be countered and disrupted before the sickness spreads”
Sementara pendukung gerakan anti Islam PEGIDA, Adam yang berakun @Addzy18 mengatakan, “ I would love to go to Dresden,Germany and march with #PEGIDA some people in the world have awoken”. Ada juga kelompok yang mencoba netral, namun terlihat tetap berat sebelah, Jakc of Clubs dengan akun @djak_of_clubs yang mengaku dirinya Atheis mengatakan, “ I’m opposed to any religionization of society. May not agree with #Pegida on everything, but share their concern about Islamization #Atheism”.

