Konferensi Pers Majelis Ulama Indonesia (MUI) membahas Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di kantor MUI Pusat Jakarta, Kamis (8/1). foto: MySharing.

Kongres Umat Islam VI Konsodalisikan KeIslaman dan Kebangsaan

[sc name="adsensepostbottom"]

Tiga isu utama yang berkaitan  dengan kiprah umat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akan dibahas dalam Kongres Umat Islam Indonesia (KUII)VI di Yogyakarta.

Konferensi Pers Majelis Ulama Indonesia (MUI) membahas Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di kantor MUI Pusat Jakarta, Kamis (8/1). foto: MySharing.
Konferensi Pers Majelis Ulama Indonesia (MUI) membahas Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di kantor MUI Pusat Jakarta, Kamis (8/1). foto: MySharing.

Sterring Commite KUII, Slamet ‎Effendy Jusuf, menuturkan, KUII VI bertema “Penguatan Peran Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya Umat Islam Indonesia yang Berkeadilan dan Berperadaban,” akan dihadiri sekitar 775 orang yang terdiri dari 700 peserta utusan dan 75 observer. Peserta itu berasal dari dari pengurus MUI Pusat, MUI provinsi se- Indonesia perwakilan ormas Islam tingkat pusat, pondok pesantren, lembaga-lembaga Islam Indonesia dan mancanegara, serta kalangan professional dan tokoh agama.

Slamet juga menjelaskan, tiga isu utama yang berkaitan erat dengan kiprah umat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akan dibakas dalam KUII VI yang akan digelar 8-11 Februai 2015 di hotel Inna Garuda Yogyakarta.

Isu pertama di bidang politik. Penguatan politik umat Islam harus diterjemahkan dalam arti luas. Bukan hanya lewat partai politik saja, tapi melalui kiprah yang baik di panggung politik nasional. Agar hak-hak umat Muslim dapat disalurkan lebih baik lagi.”Berbicara politik umat Islam dan Indonesia, kami berupaya meletakkan secara sejajar antara Islam dan ke-Indonesian. Tidak perlu kita keluar dari kerangka yang ada,” kata Slamet, dalam konferensi pers di kantor MUI Pusat Jakarta, Kamis (8/1).

Sementara isu kedua yaitu penguatan ekonomi umat. Ia mengungkapkan, saat ini fakta menunjukkan penguasaan asset, modal dan kemampuan investasi tidak sedang dalam tangan umat Islam. “Umat Islam tidak di depan, ada kemajuan tapi banyak kekurangannya. Kita harus memikirkan serius tentang peran umat Islam di bidang ekonomi ini,” ujarnya.

Sedangkan isu ketiga sosial budaya. Menurutnya, hal ini sesuai dengan keinginan untuk menjadikan wajah lanskap Indonesia ke depan adalah perabadan Islam. “Umat Islam sudah saatnya ambil peranan. Peradaban Indonesia tidak lepas dari wajah Pancasila yang di dalamnya ada peran Islam,” tegasnya.

Sementara Ketua Pelaksana KUII VI, KH Anwar Abbas menegaskan bahwa kongres ini merupakan kelanjutan dari kongres-kongres sebelumnya. Pasca kemerdekaan RI, umat Islam telah melakukan lima kali kongres. KUII I dilaksanakan pada 1945 di Yogyakarta, kemudian dilanjutkan dengan KUII II pada 1949 di Yogyakarta, KUII III pada 1998 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, KUII VI pada 2005 di Hotel Sahid Jakarta dan KUII V di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, tahun 2010.

Sebelum digelarnya KUII, MUI juga akan melakukan sejumlah kegiatan pra-kongres. Seperti pertemuan dengan pimpinan ormas Islam, tokoh pimpinan parpol, tokoh lembaga ekonomi Islam nasional dan sebagainya. Baca juga: Kongres Umat Islam VI: Umat Harus Bersatu

Sementara itu, dalam pembahasan politik Islam pada kongres nanti, MUI akan menghadirkan sejumlah pimpinan parpol Islam, Muhaimin Iskandar Ketum PKB, Anis Matta Ketum PKS, dan Hatta Rajasa Ketum PAN. Membahas ekonomi umat, menghadirkan Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro, pakar ekonomi Hendri Saparini dan Ketua Dewan Komisaris OJK Mulaman Hadad. Sedangkan untuk fokus soal sosial budaya, menghadirkan Walikota Bandung Ridwan Kamil dan Bupati Bayuwangi Anwar Anas.