dongeng

We Love Reading Introduces You to Reading for Pleasure

[sc name="adsensepostbottom"]

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan

Ia menciptakan manusia dari segumpal darah

Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah

Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam

Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya

bacaUmat muslim pasti mengenal petikan surat Al Alaq ayat 1-5 di atas. Penggalan surat tersebut menjadi awal Nabi Muhammad SAW memperoleh wahyu pertamanya dari Allah SWT melalui malaikat Jibril ketika sedang menyendiri di Gua Hira. Perintah untuk membaca tersebut pun kemudian membuka pintu yang lebih luas mengenai Islam. Melalui media buku atau kumpulan tulisan yang disebut sebagai jendela dunia itupun turut membuka cakrawala pengetahuan manusia.

Founder We Love Reading, Rana Dajani, pun memperluas makna membaca tidak terbatas pada topik dengan materi yang ‘berat’ dan sesuatu yang membuat bosan. Lewat We Love Reading yang dibentuknya pada Januari 2006, Rana memperkenalkan Reading for Pleasure yang target utamanya adalah anak-anak berusia mulai dari 2 tahun.

We Love Reading adalah sebuah program yang dimulai oleh seorang wanita Yordania bernama Rana Dajani yang bertujuan meningkatkan minat baca anak-anak di usia dini, sehingga kegiatan membaca akan semakin membekas pada diri mereka. Caranya? Awalnya dimulai dengan kegiatan story telling, kemudian anak-anak diperbolehkan membawa pulang buku yang disukainya. Dalam pertemuan selanjutnya, anak-anak itu akan berdiskusi tentang buku yang dipinjamnya dan berbagi cerita dengan teman-temannya. Begitu seterusnya, sehingga lambat laun budaya dan minat membaca akan tumbuh di diri setiap anak-anak yang hadir.

Dalam konsep We Love Reading membaca buku bukanlah suatu kewajiban, tetapi sesuatu yang menimbulkan kesenangan dan dinikmati sehingga membaca pun menjadi kebiasaan. Lewat konsep yang disebut Reading for Pleasure itulah, We Love Reading mempunyai target jangka panjang anak-anak yang ditanamkan minat membaca sedari awal itu dapat membangun lingkungan yang lebih baik dan menjadi pemimpin di masa mendatang.

Lalu mengapa menggunakan buku sebagai media penyampaian dan komunikasi? Tanpa menafikan media lainnya seperti film, Rana menjawab dengan membaca maka anak-anak akan memperoleh banyak kosakata bahasa dan bisa lebih mengungkapkan pendapat dan emosinya dengan lebih baik dalam kata-kata. Buku juga dinilai lebih dekat dengan keseharian anak-anak sehingga mereka bisa menikmatinya. “Anda perlu kata-kata untuk mendeskripsikan pikiran dan perasaan, dan anda tidak mendapatkannya dari film karena film adalah media gambar dan visual. Dengan buku maka akan ada kosakata sehingga anak-anak bisa mengekspresikan perasaannya,” jelas Rana.

Dengan mengusung Reading for Pleasure tentu buku-buku yang tersedia dalam proyek We Love Reading adalah buku anak-anak yang berwarna dan bernuansa ceria. Tema buku yang tersedia beragam, kecuali buku-buku yang bersangkutan dengan agama tidak menjadi pilihan. “Kami menghindari menyediakan buku-buku tentang agama agar anak-anak bisa bersikap netral karena program kami adalah untuk seluruh umat manusia,” tukas Rana. Buku-buku pun disediakan dalam bahasa setempat. Hal itu dilakukan untuk menjaga identitas suatu bangsa di tengah dunia yang sudah menjadi melting pot seluruh bangsa.

Inisiatif Rana memulai We Love Reading berdasar pada fakta yang dilihatnya bahwa dalam statistik jumlah halaman buku yang dibaca di dunia Arab per tahun ternyata hanya setengah dari rata-rata jumlah halaman buku yang dibaca di negara-negara Barat. Rana pun melihat kenyataan bahwa alasan anak tidak membaca adalah karena mereka tidak dibacakan buku oleh para orang tua, karena itu harus ada seseorang yang membacakan buku kepada mereka agar anak-anak mulai membaca. Dari sanalah kemudian Rana merasa bertanggung jawab untuk mendorong anak-anak membaca.  Langkah pertama dilakukannya dengan membacakan buku kepada anak-anaknya, kemudian meluas ke masyarakat.

Untuk mengubah kebiasaan para orang tua agar membacakan buku pada anaknya memang sulit, karena itu We Love Reading fokus pada anak-anak. “Daripada melatih semua orang tua untuk membacakan buku ke anaknya, kami melatih satu orang di komunitas dan dia yang akan mengganti membacakan untuk anak-anak,” kata Rana. Nantinya dalam jangka panjang anak-anak tersebut tumbuh dewasa dengan budaya membaca dan diharapkan dapat meneruskan ke generasi selanjutnya.

Selain berupaya membangkitkan minat membaca pada anak, We Love Reading juga melatih orang dewasa, termasuk orang tua untuk membacakan buku kepada anak-anak dengan cara yang tidak membosankan melalui kegiatan storytelling. “Dengan ada yang membacakan di komunitas maka akan mendorong untuk membeli buku. Ini efisiensi biaya karena anak-anak bisa dibacakan dongeng yang sama dan tidak bosan. Ini juga membantu mereka agar percaya diri,” ujar Rana. Dengan memberikan kesempatan anak-anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan story telling juga dapat membuat anak-anak lebih percaya diri.

baca
Founder We Love Reading, Rana Dajani sedang mendongengkan sebuah kisah pada anak-anak./Foto: Dok We Love Reading

Berpusat di Masjid

Uniknya yang menjadi pusat We Love Reading di lingkungan sekitar Yordania adalah masjid. Alasannya simpel. Karena masjid ada di setiap wilayah di Yordania. Masjid memang sudah sejak lama menjadi pusat komunitas masyarakat. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga tempat pendidikan dan bermusyawarah. Hal yang sama juga dapat diterapkan di negara-negara muslim atau negara mayoritas muslim lainnya.

Namun, Rana menuturkan basis perpustakaan pun tak terbatas di masjid tetapi bisa dimana saja. We Love Reading tak terbatas di kawasan yurisdiksi Yordania, tetapi juga terbuka ke seluruh dunia. “Kami dengan senang hati akan membagi materi training karena kami ingin minat membaca ini tersebar ke seluruh dunia,” cetus Rana. Jika di negara yang mayoritas non muslim banyak ditemui gereja atau bangunan yang idle, perpustakaan bisa dibentuk di wilayah itu karena semangat untuk membangkitkan minat membaca di masa usia anak-anak sejak dini adalah tujuan utama We Love Reading. Tujuan jangka panjangnya adalah menyediakan perpustakaan di setiap lingkungan masyarakat.

Rana menyayangkan saat ini belum banyak komunitas masyarakat yang berinvestasi di perpustakaan. “Tidak ada yang investasi membangun perpustakaan karena tidak percaya bahwa membaca itu pleasure. Padahal mereka yang suka membaca akan membeli buku berapapun harganya. Bagaimana mengubahnya? Generasi yang kami ciptakan sekarang akan saving uang untuk membangun perpustakaan,” harap Rana.

Konsep We Love Reading yang diusungnya ini dinilai sebagai proyek yang berkelanjutan dan mapan. Model perpustakaan yang dibangun pun sederhana. Cukup dengan satu orang yang berkomitmen penuh untuk menanamkan minat baca pada anak-anak dan 20 buku di setiap perpustakaan. “Kami sudah menghitung menanamkan anak-anak dapat membaca selamanya hanya butuh dana 15 dolar untuk membeli buku-buku,” cetus Rana.

Desain perpustakaan We Love Reading pun tanpa memakai rak-rak buku, karena setelah sesi membaca, anak-anak bisa membawa pulang buku yang diminatinya untuk dibaca. Rana mengisahkan memang ada beberapa buku yang tidak kembali ke perpustakaan, tapi hal itu tidak menjadi masalah. Karena itu berarti bukunya sedang dibaca oleh anak tersebut.

Para relawan We Love Reading pun dapat membuka perpustakaan di dekat lingkungan rumahnya masing-masing. “Ada seorang wanita yang sudah menjalani pelatihan proyek We Love Reading dan membangun perpustakaan di wilayahnya. Masyarakat di sekitarnya hanya tahu wanita itu dan dia mendapat kredit dari sana. Hal itu merupakan magic key untuk membangun budaya membaca berkelanjutan dan itu berhasil,” papar Rana.

Setelah berjalan selama enam tahun, Rana merasa dirinya belum akan mencapai tujuan utama karena ia dan timnya akan terus bekerja untuk menjangkau semua anak di setiap lingkungan. “Rencana kami berikutnya adalah membangun kapasitas, melatih lebih banyak orang dan menjangkau lebih banyak negara dan wanita di dunia, jadi semua anak dapat kesempatan dan keistimewaan membaca untuk kesenangan didalam hidupnya,” tutup Rana. Di akhir 2012 model We Love Reading telah tersebar di sejumlah negara seperti Mesir, Libanon, Uni Emirat Arab, Tunisia, Arab Saudi, Turki dan Malaysia.