belanja online

Masyarakat Asia Pasifik Gandrungi Belanja Online

[sc name="adsensepostbottom"]

Seiring dengan perkembangan teknologi yang kian canggih, dunia online pun menjadi keseharian masyarakat dunia. Fenomena tersebut kemudian memunculkan berbagai situs belanja online yang memudahkan konsumen untuk berbelanja hanya dalam satu klik.

belanja onlinePerkembangan pasar perdagangan elektronik (e-commerce) ini paling pesat terjadi di kawasan emerging market. Dalam survei global yang dilakukan oleh lembaga survei Nielsen, minat belanja online terlihat sama-sama meningkat di kawasan negara berkembang di Amerika Latin dan Asia Pasifik. Yang membedakan keduanya adalah masyarakat Amerika Latin hanya sekedar browsing, sedangkan masyarakat Asia Pasifik sampai kepada membeli barang yang dijual online.

Kendati persentase browsing situs belanja online di Amerika Latin tertinggi dibanding wilayah lainnya, persentase belanja di kawasan itu adalah yang terendah di setiap kategori produk. Menurut President of Strategic Initiatives Nielsen, John Burbank, masyarakat Amerika Latin adalah online shoppers yang antusias, namun infrastruktur ritel online belum memadai. “Hambatan lainnya seperti akses internet, biaya pengiriman, pajak tinggi, dan masalah pengiriman logistik yang bermasalah,” kata Burbank, dilansir dari laman Nielsen, Jumat (12/9).

Dari 22 kategori produk yang dijual online dan menjadi ukuran survei, kawasan Asia Pasifik mencatat persentase belanja online tertinggi dari kawasan lainnya. Bahkan persentase belanja melebihi persentase browsing pada lebih dari 14 kategori produk. Di Asia Pasifik konsumer telah memiliki kenyamanan dalam berbelanja online. “Menarik konsumen baru dengan menggunakan mobile bisa menjadi akselerator di pasar yang sedang berkembang, karena memberikan akses yang lebih cepat,” ujar Burbank.

Sementara persentase antara browsing dan belanja online di kawasan Eropa, Amerika Utara, Timur Tengah dan Afrika punya nilai yang sama. Di kawasan tersebut, kecenderungan belanja online lebih kepada isu ketersediaan barang dan kesempatan berbelanja. DI Amerika Utara dan sebagian besar Eropa tidak ada kekurangan ketersediaan produk. Dua kawasan itu punya banyak outlet dan situs online retail. “Eropa Barat menjadi yang terdepan untuk kategori produk kemasan saat belanja online. Sedangkan di Inggris dan Prancis pasar hypermarket tradisional dan retailer grosir telah menyediakan seluruh layanan dan turut memberikan pengaruh terhadap kebiasaan belanja konsumen,” papar Burbank.

Tak heran jika pengiriman barang yang dipesan online untuk kategori produk yang perputaran omsetnya cepat, dan berbiaya yang relatif rendah (fast-moving consumer goods), seperti peralatan mandi, sabun, produk makanan dan minuman kemasan, di Inggris meningkat menjadi 91 juta di akhir kuartal pertama 2014. Padahal, pada kuartal I 2013 jumlahnya baru sekitar 70 juta. Sedangkan, di Prancis jumlah pengiriman meningkat dari 32 juta menjadi 42 juta.

Di sisi lain, kondisi di kawasan Timur Tengah dan Afrika punya persentase online lebih rendah dari rata-rata kawasan lainnya. Hal tersebut dikaitkan dengan kesempatan untuk berbelanja online. Berdasar analisa Nielsen, jika masyarakat punya sisa penghasilan (disposable income) yang rendah dan berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari telah menjadi suatu kebiasaan masyarakat, maka belanja online tidak menjadi prioritas. Kendati demikian, perilaku tersebut dinilai akan berubah seiring dengan semakin meningkatnya kelas ekonomi.

survei belanja online nielsen
Sumber: Nielsen