miniatur vespa

Miniatur Motor Modif, Bisnis Unik Penghasil Fulus

Modif motor itu biasa, bikin miniatur motor modif, ini baru unik. Yuk baca kisahnya.

miniatur vespaUKM miniatur motor memang banyak di Indonesia. Tapi produk yang diusung Lief Collection jelas beda. Tak cukup membuat dalam ukuran mini, lebih dari itu kendaraan roda dua itu sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga terlihat unik, menarik dan yang pasti bernilai ekonomis tinggi.

Adalah Willy Irawan dibantu tiga orang lainnya yang tergabung dalam Lief Collection yang  membuatnya. Ide untuk membuat miniatur motor modif tercetus sekitar 2008 silam. Berawal dari hobi Willy yang suka utak atik alat transportasi itu.

Dari menggeluti bengkel otomotif, dia kemudian menyadari bahwa pecinta kendaraan roda dua khususnya yang sudah dimodifikasi cukup banyak. Karena itu pria asal Pasuruan itu kemudian terbetik keinginan kenapa tidak membuat miniaturnya, tentu saja miniatur motor modif.

Bermodal uang Rp 300 ribu, Willy kemudian memproduksi miniatur vespa dan motor gedhe (moge) yang terbuat dari bahan resin dan tembaga. Ia memasarkan secara online dengan mematok harga Rp. 100 ribu – Rp. 750 ribu per unit tergantung tingkat kesulitannya. Ternyata sambutan pasar cukup besar. Seiring perjalanan waktu, permintaan konsumen tak hanya pada vespa dan moge, tetapi merembet ke produk lain seperti Honda CBR, Kawasaki, BMW klasik dan sebagainya.

“Saya beruntung punya konsumen yang kritis. Artinya mereka tak cukup membeli, tetapi juga sering kasih masukan. Misalnya kenapa hanya terbatas vespa dan moge, kenapa modifnya nggak ditambahi ini itu. Dari saran dan masukan tersebut saya dan tim saya terus menyempurnakan miniatur motor modif sehingga lebih mudah diterima pasar,” ucap Willy yang ditemui mysharing di sela-sela Pameran Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna Expo 2014 di Tunjungan Plaza, Surabaya, Minggu (21/9).

miniatur motor
Koleksi miniatur motor modif Lief Setiawan. Foto: hardina Sistriani

Layani Pesanan
Dalam menjalankan bisnisnya, pria kelahiran 26 tahun silam itu punya dua sistem yakni secara massal dan custom (pesanan). Untuk massal, Lief Collection akan membuat motor-motor mini yang selama ini banyak disukai, yakni vespa dan moge. Sementara untuk custom, semua jenis miniatur motor modif akan dilayani sesuai permintaan konsumen.

“Khusus untuk custom harga miniaturnya berbeda. Karena itu tergantung dari bahan dan tingkat kesulitannya juga,” kata Willy.

Biasanya, saat memesan produk konsumen menyetorkan gambar motor yang diinginkan. Dari situ, Willy akan memberi gambaran harga dan lama proses pembuatannya. “Kalau deal, baru kami buat,” imbuhnya.

Menurut Willy, salah  satu tantangan menggeluti bisnis miniatur motor modif ini adalah saat melayani pesanan. “Membuat produk ini benar-benar menyangkut ‘emosi’ orang yakni pemesannya. Artinya, keinginan konsumen yang satu dengan yang lain sangat berbeda. Personal sekali,” imbuh Willy yang mengaku dalam menjalankan proses produksi dibantu adik dan dua orang karyawan.

Tak heran bila UKM yang terletak di Pasuruan ini mematok harga khusus untuk produk custom. Misalnya, motor vespa yang diproduksi massal dibandrol Rp 120 ibu-Rp 150 ribu, maka untuk custom dipatok minimal Rp 200 ribu, demikian juga moge Harley Davidson untuk massal dibandrol Rp 500 ribu-Rp 600 ribu maka untuk custom menjadi Rp 750 ribu. Setiap bulan Willy mampu menjual sekitar 70 buah miniatur vespa dan 50 moge.

“Omzet kami per bulan kisaran Rp 7,5 juta hingga Rp 15 juta,” ungkapnya.

Belum Popular

Willy Irawan , pemilik Lief Collection. Foto: hardina Sistriani
Willy Irawan , pemilik Lief Collection. Foto: hardina Sistriani

Willy mengaku pemain bisnis motor modif seperti dirinya di Indonesia belum banyak. Memang ada pembuat miniatur moge seperti milik Himawan Suripto yang menggunakan kaleng bekas sebagai bahannya. Namun Willy mengklaim produk Lief Collection jelas berbeda dibanding UKM-UKM miniatur motor yang lain. Dari bahan saja misalnya, produk Lief menggunakan resin dan tembaga.

Willy bahkan berani menjamin produk yang dihasilkan oleh Lief lebih unik dibandingkan produk sejenis di pasaran.

“Produksi saya lebih memiliki nilai seni. Inovasi yang saya ciptakan dengan mengubah sistem produksi massal dan inovasi produk. Ide inovasi tersebut saya dapatkan dari komunitas motor dan internet,” jelas pria yang pernah mendapatkan penghargaan dari PPK Sampoerna Award 2012 ini.

Sayang, meski pemain di bisnis ini belum banyak produk miniatur modif ini sendiri juga belum begitu popular di Indonesia. Padahal, kata Willy, di Luar Negeri produk  tersebut sangat banyak penggemarnya. Bahkan, produknya pun dibandrol lebih mahal dibanding yang ada di Indonesia.

Untuk menentukan klasifikasi produk saja, Willy mengaku kesulitan. Kalau dikategorikan toys, produ ini jelas bukan untuk mainan. Walaupun prosesnya melalui handmade juga kurang pas ketika dijadikan satu dengan kelompok produk kerajinan. Willy menilai yang pas produk ini masuk kategori hobi.

Apalagi konsumen miniatur motor modif ini memang spesifik, hanya dari kalangan kolektor, pemilik motor modif dan mereka yang ingin menjadikan produk ini sebagai souvenir.

“Pasar kami di Jawa Timur saja kecil. Padahal base camp kami di sini. Miniatur kerajinan saya diminati di kota – kota yang banyak terdapat komunitas motor,” ujarnya.

Hingga saat ini produknya telah merambah ke berbagai kota mulai dari Bandung, Jakarta, Medan dan Makassar bahkan hingga mancanegara seperti Jepang, Korea dan Austria. Namun penjualan ke luar negeri melalui agen – agen. Sejak tahun 2008 hingga sekarang, miniature motor modifnya sudah terjual 2.700 unit dengan beragam varian.

Dari sisi marketing, salah satu pemasaran yang ditempuh Willy adalah dengan memakai sistem reseller online marketing. Reseller adalah perseorangan atau pedagang yang tertarik menjual produk tertentu untuk mendapatkan keuntungan tertentu.

Willy mengaku kebanyakan reseller ini tahu dari internet maupun yang datang langsung ke tempatnya. Mereka umumnya tahu dari website. Karena merasa reseller salah satu pendongkrak omzet, maka Willy tak segan-segan untuk memberikan bonus atau penawaran produk khusus kepada mereka.

Dari segi bisnis, Willy mengaku belum adanya pesaing sejenis di satu sisi memang membuat dirinya mudah mendapatkan pasar. Namun di sisi lain, dia kesulitan untuk menentukan tren yang ada.

“Kalau ada pesaing khan kadang-kadang bisa kita manfaatkan untuk ‘mengekor’ produk mereka yang lagi laris. Nah, kalau sendirian seperti sekarang, khan hanya tergantung kreativitas kita,” paparnya.

Semangat Willy yang pantang mundur untuk terus memajukan bisnis miniatur motor modif jelas dibutuhkan bangsa ini, yang tidak lama lagi menghadapi persaingan pasar bebas di 2015. Karena hanya mereka yang ‘tangguh” lah yang mampu bertahan dari gempuran produk asing.