Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI Muhyiddin Jubaidi. foto:MySharing.

Ormas Islam Harus Bersatu Hadapi MEA

[sc name="adsensepostbottom"]

Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Jubaidi mengatakan, kongres ke-VI diharapkan bisa memberikan pencerahan kepada seluruh ormas Islam di Indonesia. Agar mempersiapkan diri menghadapi Masyarakat Ekonomi ASIAN (MEA) 2015.

Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI Muhyiddin Jubaidi. foto:MySharing.
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI Muhyiddin Jubaidi. foto:MySharing.

Oleh karena itu, menurutnya tema Kongres Ormas Islam Indonesia VI 2015 “Penguatan Peran Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya untuk Indonesia yang Berkeadilan dan Berperadaban,” sangatlah tepat. Memiliki makna agar umat Islam tidak terbawa oleh arus. Karena MEA akan segera dilaksanakan dan Indonesia sebagai negara bagian yang tidak terpisahkan dari ASIAN akan menjadi penentu. “Apakah kita menjadi pasar ASEAN atau pemeran utama atau menjadi penonton?,” kata Muhyiddin kepada MySharing, usai rapat musyawarah ormas Islam di kantor MUI Pusat Jakarta, Kamis (11/12).

Itu dampak dari sisi ekonomi, persaingan pengusaha asing dengan lokal. Sedangkan dari sisi budaya, lanjutnya, 566 juta penduduk Asian akan bebas keluar masuk ke Indonesia. Bahkan mungkin ada yang sudah sangat bebas. Kemudian dari sisi politik, pemerintahan Indonesia ini sudah sangat liberal, maka akan berbahaya nantinya. “Bisa saja mereka yang mempunyai modal atau kekuasaan menyuruh orang berbicara atas nama kepentingan bisnis untuk memerankan kepentingan mengegolkan politiknya,” tegasnya.

Sementara Ketua MUI Amidhan mengatakan, kongres ormas Islam Indonesia dilaksanakan untuk menjawab masalah-masalah umat di masa depan maupun sebelumnya. Sehingga materi kongres berfokus pada tiga hal krusial yang menjadi tantangan besar umat Islam, yaitu stategi politik Islam, penguatan ekonomi Islam dan lanskap peradaban Islam mencakup tata ruang dan filosifi spiritual.

Menurut Amidhan, politik Islam Indonesia lemah karena umatnya tidak bersatu. Ia mencontohkan, Arab Saudi pernah melancarkan politik minyak ke negara barat. “Arab Saudi stop ekspor minyak ke eropa. Padahal ketika itu musim dingin dan eropa sangat membutuhkan minyak,” kata Amidhan kepada MySharing.

Namun perkembangan waktu, tidak ada lagi persatuan umat Islam karena sudah dikuasai barat. Di Indonesia, pemodal besar berkuasa melemahkan umat Islam sehingga tidak ada lagi persatuan. Pengusaha Indonesia tersebut pada dasarnya hanya memutar uang pinjaman dari proses agunan.“ Kesuksesan mereka karena punya akses ke bank. Tapi, apakah ekonomi bisa mengakses besar kepada keuangan Islam,” kata Amidhan. Baca juga: Kesenjangan Ekonomi Kian Mengancam

Ia pun berharap kongers ini melahirkan sistem yang bisa memunculkan keIslaman yang hakiki, sehingga bisa bersatu melawan kemiskinan dan kebodohan.”Kalau pemimpin umat Islam tidak bersatu, maka politik Islam tidak akan kuat,” pungkasnya.