Kamis siang, (8/1), Imam Grand Mosque Paris bersama dengan pemuka agama lainnya bergandengan tangan dan mengheningkan cipta bagi korban yang tewas dalam serangan ke kantor majalah Charlie Hebdo.

Pemimpin Grand Mosque Paris dan Presiden Dewan Muslim Prancis, Dalil Boubakeur, mengatakan peristiwa serangan ke kantor Charlie Hebdo merupakan sebuah pukulan bagi seluruh muslim. “Kami tidak bisa membiarkan pelaku kejahatan, yang tidak bisa diklaim sebagai seorang muslim, mewakili kami atau menciptakan level konfrontasi baru. Kami hanya ingin hidup damai,” ujar Boubakeur, dilansir dari Deutsche Welle, Jumat (9/1).
Kekhawatiran akan terjadinya Islamisasi pun meningkat, seiring dengan kekuatiran terjadinya polarisasi di Prancis karena politisi sayap kanan Prancis menuding kelompok minoritas seperti muslim sebagai biang kerok krisis ekonomi. Salah satu interpretasi yang muncul dari peristiwa Charlie Hebdo adalah upaya dari teroris untuk menimbulkan sentimen antiMuslim dan memecah belah negara ke dua pihak, pro dan anti Muslim.
Je condamne ces actes ignobles qui n’ont rien à faire dans notre République et demande à chacun de s’indigner
— Dalil Boubakeur (@DalilBoubakeur) January 7, 2015
“Hal ini telah memicu reaksi Islamophobia,” cetus mantan konsultan Kementerian Luar Negeri Prancis, Olivier Roy. Di sisi lain, lanjutnya, kejadian tersebut juga akan membuat orang-orang ingin mencari tahu lebih banyak mengenai Islam. Populasi muslim sendiri sangat beragam, ada yang konservatif dan sekular. Baca: The Muslim Show, Wajah Islam yang Global Dari Prancis
Roy pun mengungkapkan bahwa dengan kejadian ini model integrasi dan multikulturalisme di Prancis telah gagal. “Setidaknya, secara politis itu tidak bekerja. Kaum muslim elit baru di Prancis, yang berpendidikan tinggi dan mempunyai pekerjaan bagus seperti pengacara atau dokter, memiliki isu soal representasi di politik. Tidak ada partai Islam di Prancis, jadi mereka memilih partai politik tradisional. Namun disana mereka juga tidak dapat ditempatkan di posisi yang menang. Jadi kemajuannya sangat lambat,” papar Roy.
Perwakilan Persatuan Organisasi Islam Prancis, Amouri Khaoula, mengakui kekuatiran akan terbelahnya Prancis semakin meningkat. “Kami kuatir lebih banyak orang mengira Islam adalah sebuah ancaman, bahwa Muslim harus ditakuti,” ujar Khaoula. Baca: MUI Khawatir Aksi Charlie Hebdo Rugikan Umat Muslim Dunia
Oleh karena itu, pemuka agama dari berbagai keyakinan pun mengunjukkan dirinya di Grand Mosque Paris demi menunjukkan dukungan mereka bahwa seluruh Prancis turut terkena dampak dari serangan kepada Charlie Hebdo, termasuk umat Muslim. “Perwakilan dari seluruh agama di negeri ini – Yahudi, Kristen, Katolik, Orthodok, Islam dan Buddha – mengutuk serangan mengerikan yang menyentuh hati nurani kami,” kata Presiden Federasi Protestan Prancis, Francois Clavairoly.
Seorang pria muslim Prancis, Mohammed, pun menegaskan bahwa kewarganegaraan yang mendefinisikan dirinya. “Saya orang Prancis dan tidak adil menggambarkan saya sebagai sesuatu yang lain. Saya orang Prancis dan saya mengusung nilai-nilai Prancis: kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan,” pungkas Mohammed. Prancis adalah negara dengan populasi muslim terbanyak di Eropa, dengan jumlah lima juta jiwa dari total 65 juta jiwa.

