Pengembangan Wisata Syariah Harus Diiringi Infrastruktur Memadai

Pengembangan wisata syariah sebagai bagian dari industri pariwisata nasional dinilai harus diiringi pula dengan pembangunan infrastruktur yang memadai.

wisataKetua Umum Asosiasi Biro Perjalanan Indonesia, Asnawi Bahar mengatakan saat ini ada 19 pintu masuk ke Indonesia, namun yang dipakai baru Batam, Bali, dan Jakarta. Di sisi lain, sejumlah bandara juga tidak memadai karena kapasitasnya kecil dan fasilitasnya terbatas. “Padahal, infrastruktur ini penting karena berkaitan dengan kepuasan. Atraksi juga harus dikenalkan dengan budaya lokal. SDM pun perlu disiapkan. Soal promosi, pemerintah juga sebaiknya melibatkan industri,” kata Asnawi dalam Focus Group Discussion Halal Tourism and Lifestyle beberapa waktu lalu.

Ia mengakui salah satu yang masih menjadi persoalan adalah belum semua daerah menjadikan wisata sebagai sumber pendapatan. Oleh karena itu, seluruh infrastruktur wisata syariah harus disiapkan dengan baik. “Terkait pariwisata syariah, biro perjalanan tidak akan menjual produk yang belum siap, karena isu kecil yang kurang menyenangkan bisa berdampak besar,” ujar Asnawi.

Sementara, Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia, Hariyadi Sukamdani, mengatakan pembangunan infrastruktur harus seimbang dengan pengembangan wisata syariah, baik makanan dan gaya hidup. “Indonesia juga bisa punya pantai khusus Muslimah, kan pantainya banyak,” tukas Hariyadi.

Ia menuturkan potensi wisata syariah sangat banyak, namun masih banyak yang mengira wisata syariah hanya ke kuburan. Padahal, pada dasarnya wisata syariah sama saja seperti wisata biasa, namun dengan memberi kemudahan bagi wisatawan Muslim menjalankan kebutuhannya sebagai Muslim. Baca Juga: Mengintip Biro Perjalanan Wisata Halal di Bali

Di sisi lain, ia menilai promosi wisata syariah belum disatukan dalam kampanye terintegrasi. Ramadhan pun bisa menjadi momen untuk mendukung wisata syariah. “Saya mengusulkan agar Kementerian Pariwisata membuat kalender kegiatan agar wisata syariah menemukan momen-momen dan poin-poin untuk ditonjolkan. Wisata syariah juga tidak selalu ke Aceh, Bali bisa menjadi gerbang untuk diarahkan ke Lombok. Ramadhan, meski low season, bukan berarti tidak bisa dimanfaatkan. Itu juga bisa jadi momen,” ujar Hariyadi.

Sementara di sisi infrastruktur teknologi juga harus dikembangkan. Chief Executive Officer FastComm, Irfan Wahid, menuturkan sekarang ini setiap orang punya smartphone. Untuk mendukung pengembangan wisata syariah pun dapat dilakukan melalui infrastruktur teknologi berupa aplikasi wisata syariah.

Irfan menekankan perlunya kemudahan mengakses informasi mengenai wisata syariah melalui aplikasi di telpon seluler. Ia menyontohkan Jepang yang memiliki aplikasi yang menampilkan peta, rute transportasi hingga restoran halal, sehingga mempermudah wisatawan yang datang berkunjung ke Jepang. Baca: Halal Minds, Aplikasi Panduan Halal di Jepang

“Nah, jadi bagaimana kalau kita sediakan informasi seluasnya kepada masyarakat dengan mudah dengan membuat aplikasi atau website tentang panduan halal,” cetus Irfan. Salah satu destinasi wisata syariah Indonesia, yaitu Nusa Tenggara Barat saat ini telah menyediakan aplikasi Android tentang wisata NTB dan e-tourism NTB.