Populerkan Bahasa Indonesia di Ajang IFLC

[sc name="adsensepostbottom"]

Dalam ajang International Festival of Languange and Couture (IFLC), bahasa Indonesia diperkenalkan kepada 19 negara peserta. Diharapkan bahasa Indonesia menjadi bahasa dunia.

Ketua Panitia IFLC Indonesia, Huseyin Kan (kiri) Presiden IFLC Indonesia Didik J Rochbini (tengah) dan Rektor Universitas Paramadina Firmanzah (kanan) saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (9/4).foto:MySharing.
Ketua Panitia IFLC Indonesia, Huseyin Kan (kiri) Presiden IFLC Indonesia Didik J Rochbini (tengah) dan Rektor Universitas Paramadina Firmanzah (kanan) saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (9/4).foto:MySharing.

Ketua Panitia IFLC, Huseyin Kan, mengatakan pada festival ini bahasa Indonesia diperkenalkan kepada 19 negara yang mengikuti IFLC 2015 ini, dengan membiasakan mereka berbahasa Indonesia selama di Indonesia.

“Selain mempromosikan persahabatan, IFLC juga memperkenalkan bahasa Indonesia ke luar negeri mewajibkan peserta belajar. Kami pun memberikan beberapa kertas berbahasa Indonesia kepada peserta untuk dibacanya. Mereka pun sangat antusias belajar bahasa Indonesia,” kata Huseyin, saat ditemui di Universitas Paramadina Jakarta, Kamis (9/4). Baca: IFLC, Satukan Dunia Dengan Bahasa dan Budaya.

Ia menegaskan, acara ini memang ditujukan untuk mempromosikan kebudayaan dan kebiasaan berbagai negara yang turut serta sehingga menjadi jalan mempopulerkan bahasa Indonesia di dunia.”Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa dunia karena pemintanya terus bertambah dan untuk mempelajarinya pun tidak susah,” ujar Huseyin yang menjabat sebagai Koordinator Bidang Pendidikan Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association (PASIAD) Indonesia.

Dalam acara ini, Indonesia memperkenalkan budaya tari Saman dan pertunjukkan alat musik angklung karena keduanya menarik minat masyarakat international. “saya tahu Indonesia sangat kaya budaya, saya harap dua budaya yang akan ditampilkan itu dapat mewakili,” ungkapnya.

Sementara itu, Presiden IFLC Indonesia, Didik J Rachbini, mengatakan, sebenarnya kalau dilihat dari mata pelajaran yang puluhan itu, cuma dua yang mampu menciptakan pribadi siswa yang toleran dan harmoni. Yaitu pelajaran bahasa dan matematika.

Menurutnya, kalau orang pintar bahasanya, pasti logika dan filsafatnya akan bagus. Sedangkan kalau pintar matematika, sudah pasti kimia akan bagus pula tercipta sebuah penelitian. Oleh karerna itu, kalau bahasanya jelek macam pejabat-pejatan di negeri ini, itu juga menunjukan kejelekan logikanya.

“Nah, festival bahasa dan budaya ini, ekpresinya itu lewat lagu, tarian dan komunikasi. Jadi dengan bahasa dan budaya, kita akan bisa membuka semangat perdamaian yang toleran dan harmoni,” ujar Didik. Baca:20 Negara Meriahkan Festival Bahasa dan Budaya International