Standard & Poor’s: Tahun 2016 Tak Mudah Bagi Keuangan Syariah

[sc name="adsensepostbottom"]

Industri keuangan syariah akan menghadapi rintangan yang tak mudah pada 2016. Ada beberapa faktor utama yang akan turut memengaruhi pertumbuhan dan tren industri.

keuangan syariah globalStandard & Poor’s Ratings Services memaparkan tantangan yang dihadapi diantaranya dampak negatif dari rendahnya harga minyak dunia dan rendahnya suku bunga di sebagian besar negara berkembang. Untuk mengimbangi dampak negatif tersebut ada sejumlah faktor yang dimiliki industri keuangan syariah, seperti kemajuan dalam standarisasi untuk produk keuangan Islam yang bisa menarik pemain baru, pelajaran potensial bagi industri dari aturan resolusi bank konvensional, dan manfaat dari implementasi Solvabilitas II bagi banyak perusahaan asuransi pada 2016.

Managing Director & Regional Head, Middle East Standard & Poor’s Stuart Anderson, mengatakan selama 20 tahun industri keuangan syariah menunjukkan pertumbuhan yang solid dan mencapai critical mass yang memungkinkannya dapat menghadapi rintangan di depan. “Namun, menurunnya pendapatan minyak dapat mulai berpengaruh pada anggaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di pasar utama keuangan syariah,” kata dia, dikutip dari laman albawaba, Selasa (6/10).

Volume penerbitan sukuk global menurun hingga 40 persen sejak awal 2015. “Penurunan ini terutama didorong oleh keputusan bank sentral Malaysia yang mengganti sukuk dengan instrumen pengelolaan likuiditas lainnya bagi bank syariah Malaysia,” tukas Global Head of Islamic Finance Standard & Poor’s Mohamed Damak. Baca: Pekan Ini, Oman Mulai Tawarkan Sukuk Negara

Kendati keuangan syariah tetap menarik minat nasabah non muslim, perkembangan industri non ribawi di negara minoritas muslim itu agak terhambat karena isu regulasi dan rendahnya suku bunga sehingga membuat sumber pendanaan lainnya terlihat lebih menarik. “Namun, kami memperkirakan aset lembaga keuangan syariah di seluruh dunia, yang saat ini sekira 2 triliun dolar AS, akan naik menjadi 3 triliun dolar dalam beberapa tahun ke depan,” papar Damak.

Standard & Poor’s memproyeksikan pertumbuhan keuangan syariah akan moderat pada 2016. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang tumbuh cukup pesat. “Ini terutama karena kondisi ekonomi yang kurang mendukung pada dua pasar utama keuangan syariah, yaitu Malaysia dan Kawasan Teluk,” pungkas Damak. Baca: Sukuk Indonesia Berkembang Bagus