Baru hampir Rp200 Triliun, pembiayaan syariah di Indonesia. Apa artinya? Prospek bagus untuk bisnis penjaminan pembiayaan. Karena, perusahaan ini saja baru mampu menargetkan Rp 4 Triliun premi tahun ini.
“Statistik pembiayaan industri perbankan syariah di Indonesia mendekati akhir tahun 2013, total sudah melebihi Rp. 200 trilyun. Jumlah rupiah sebesar itulah sebenarnya potensi bisnis penjaminan syariah yang bisa dilindungi oleh para pelaku di bisnis ini. Karena itu, prospek bisnis penjaminan syariah di Indonesia masih sangat besar. Terlebih lagi bagi kami, karena baru sekian persen saja dari angka di atas, penjaminan pembiayaan perbankan syariah yang sudah di-cover oleh Askrindo Syariah sejauh ini,” demikian diungkapkan Direktur Utama PT Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah (Askrindo Syariah), Pribadi kepada MySharing baru-baru ini di Jakarta.
Besarnya potensi bisnis penjaminan syariah seperti diungkap Pribadi di atas, memang realita yang sebenarnya di industri ini. Apalagi kegiatan penjaminan untuk pembiayaan syariah di tanah air, sampai saat ini masih banyak dilindungi oleh jasa lembaga penjaminan konvensional. Baru sejumlah kecil saja pembiayaan syariah yang sudah di-cover secara khusus oleh perusahaan penjaminan syariah.
Lebih lanjut, menurut Pribadi, yang membuat peluang bisnis penjaminan syariah di Indonesia ini akan menjadi lebih besar prospeknya, karena lembaga DSN MUI sendiri telah secara khusus meminta bank-bank syariah nasional, agar mengalihkan asuransi atau penjaminan pembiayaan yang selama ini masih di konvensional, untuk pindah ke asuransi syariah atau penjaminan berbasis syariah.
Tujuan dari permintaan DSN MUI tersebut, agar skema syariah (sharia compliance) bisa terus terjaga dari hulu sampai hilir dalam setiap kegiatan transaksi pembiayaan di bank syariah. Dengan adanya “himbauan” khusus dari DSN MUI tersebut, tentu saja ini menjadi peluang bagi para pelaku bisnis penjaminan syariah untuk bisa lebih eksis lagi penetrasinya, termasuk bagi Askrindo Syariah.