Bank Dunia Apresiasi Indonesia dalam Menjaga Ekonominya

[sc name="adsensepostbottom"]
Bank Dunia memberikan apresiasi positif terhadap upaya-upaya Pemerintah Indonesia didalam mengeluarkan paket-paket kebijakan ekonominya, yang dilakukan guna menjaga ekonomi Indonesia.
Mau jadi Bankir? Yuuk, hadir di Bankers Career ExpoPemerintah terus menelurkan paket-paket  kebijakan terbarunya guna memulihkan perekomian Indonesia yang sempat melambat akibat gejolak ekonomi di mancanegara. Paket-paket kebijakan tersebut antara lain, pemberian stimulus, reformasi kebijakan dan peningkatan kualitas belanja negara.
Dalam Bank Dunia Indonesia Economic Quarterly, yang dirilis baru-baru, Bank Dunia mengatakan, bahwa upaya-upaya ini dapat membantu Indonesia ke depannya.

Bank Dunia lalu mengambil contoh, untuk belanja misalnya, maka implementasi belanja modal pemerintah sudah naik lebih cepat di triwulan ketiga yang diperkirakan naik 21,4% secara riil selama sembilan bulan pertama tahun 2015, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Belanja pemerintah ini diharapkan akan menunjang investasi tetap dan pertumbuhan.

“Indonesia menghadapi kendala sama dengan negara tetangga, akibat upaya Tiongkok menuju economic rebalancing dan persiapan normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat. Tapi pertumbuhan di Indonesia tetap  lebih baik dibandingkan negara pengekspor komoditas yang lain, dan tanggapan kebijakan pemerintah pro-aktif. Implementasi yang baik upaya reformasi ini bisa memperkuat kepercayaan investor,” demikian diungkapkan Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia – Rodrigo Chaves dalam keterangan pers Bank Dunia, Senin (26/10/2015).

Menurut Bank Dunia, Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia untuk 2015 diperkirakan tetap pada angka 4,7%. Pertumbuhan diharapkan sedikit meningkat menjadi 5,3% di tahun depan, yang mencerminkan kondisi eksternal yang membaik dan belanja modal negara yang lebih tinggi.

Namun demikian, seperti dikaji Bank Dunia, proyeksi ini disertai risiko, seperti kemungkinan naiknya suku bunga Amerika Serikat, pelambatan di negara-negara mitra dagang seperti Tiongkok, pelemahan di sektor swasta akibat depresiasi nilai tukar dan berkurangnya marjin keuntungan, serta kemarau akibat pola cuaca El Nino.