Mau Jadi Negara Kaya? Terapkan Pendidikan Berkualitas!

[sc name="adsensepostbottom"]

Dalam 10-15 tahun ke depan Indonesia bisa saja menjadi negara kaya. Namun, ada syaratnya: pendidikan berkualitas.

NabendraChief Education Cluster UNICEF Indonesia, Nabendra Dahal, mengungkapkan setelah 10-15 tahun Indonesia akan menjadi negara kaya dengan sebagian besar terdiri dari kaum muda. Menurutnya, kaum muda Indonesia ini dalam 10-15 tahun mendatang tidak hanya aset bagi Indonesia, tapi juga seluruh dunia karena di Cina dan India populasi kaum muda mulai menurun.

“Indonesia tentu tak ingin terperangkap dalam kalangan masyarakat menengah seterusnya. Pasti Indonesia ingin menjadi negara kaya dan karena itu perlu sumber daya manusia (SDM) di berbagai bidang yang bisa berinovasi, berkreasi dan membawa Indonesia ke level selanjutnya,” katanya, Kamis (12/2). Baca: Oase Pendidikan: Guru Kreatif, Siswa Berkualitas

Nabendra menjelaskan perspektif kaya di sini adalah dalam 10-15 tahun ke depan generasi muda Indonesia pasti akan menjadi saintis atau pebinis dan dan memiliki pola pikir yang ‘kaya’. “Untuk itu perlu kurikulum yang meningkatkan kreativitas anak,” tegasnya. Baca Juga: Tanoto Foundation dan UNICEF Jalin Kemitraan Dukung Sekolah Satu Atap

Ia mengutarakan tujuan pembangunan pendidikan adalah menciptakan bangsa yang kuat. Namun, pendidikan di Indonesia dinilainya belum berkontribusi begitu banyak karena dua alasan, yaitu kualitas pendidikan tidak didesain untuk membuat anak-anak berdaya dan masih adanya kesenjangan dalam bidang pendidikan. “Untuk menjadi berdaya perlu pendidikan berkualitas, jadi di sini kualitas adalah tantangan besar. Sedangkan, untuk keadilan pendidikan sampai saat ini pendidikan kurang sukses dalam membantu anak miskin mendapat kesempatan pendidikan yang lebih baik,” paparnya.

Menurut Nabendra, ada dua tugas yang harus dilakukan yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan mengurangi kesenjangan di bidang pendidikan dengan memberi akses pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak yang terpinggirkan dan tinggal di pelosok. Pada 2012 ada 2,3 juta anak-anak Indonesia yang putus sekolah dan sebagian besar diantaranya berusia 13-15 tahun. Di tahun yang sama tercatat angka Partisipasi Murni tingkat SD mencapai 95,6 persen, sedangkan untuk SMP 77,7 persen.