Zaim Saidi
Zaim Saidi

Zaim Saidi: Dinar dan Dirham Solusi Tepat Atasi Krisis Rupiah

[sc name="adsensepostbottom"]

Nilai rupiah yang  amblas terhadap dollar AS sebetulnya bisa kita hindari apabila kita komit menggunakan mata uang dinar dan dirham dalam kegiatan perdagangan.  Lalu bagaimanakah caranya?

Zaim Saidi
Zaim Saidi

Jatuhnya mata uang rupiah terhadap dollar AS seperti terjadi dalam beberapa waktu belakangan ini, adalah sebuah keniscayaan yang memang pasti akan selalu terjadi, begitulah komentar praktisi dinar-dirham – Zaim Saidi yang juga Direktur Utama Wakala Induk Nusantara.

“Sebetulnya penurunan ini bukan hanya rupiah, namun seluruh mata uang kertas memang mengalami penurunan. Nature-nya memang begitu. Uang kertas akan selalu turun, karena dia harus dicetak terus menerus. Dan yang terjadi adalah depresiasi mata uang, bukannya inflasi. Karena yang turun adalah nilai tukar uangnya, bukan nilai uangnya sendiri,” papar Zaim Saidi kepada MySharing di sela-sela sebuah seminar di Jakarta, pekan lalu.

Menurut Zaim, uang kertas dengan riba adalah ibarat ikan dengan air. Jadi keduanya tidak bisa dipisahkan. Jadi, lanjut Zaim, apabila kita menerima uang kertas, maka hal itu berarti pula kita menerima riba sebagai sistem.

“Karena uang kertas itu diciptakan, diedarkan atau disirkulasikan dengan bunga didalamnya. Dan dengan bunga itu, maka memberikan implikasi bahwa uang kertas itu harus dicetak lebih banyak. Karena ketika bank sentral mengedarkan uang kertas itu, maka bunganya juga harus dicetak lagi, sehingga dengan begitu niscaya nilai uang kertas pasti akan turun,” lanjut Zaim lagi.

Zaim lalu menambahkan, begitu uang kertas disalurkan melalui banking sistem dengan mata uang digital, maka kemudian terjadi lagi penggelembungan mata uang kertas itu sendiri yang otomatis akan memerosotkan nilainya.

“Itu baru dari sisi mata uang kertasnya sendiri. Dan belum dikaitkan relasi dengan mata uang lain atau kurs, yang permasalahannya juga ada tersendiri,” tambah Zaim. Karena menurut Zaim, dengan menggunakan mata uang kertas selama ini, maka sebenarnya Indonesia sebagai Negara yang kaya raya dengan hasil alamnya sangatlah dirugikan.

“Salah satu diantara sekian banyak persoalan itu adalah, bahwa Negara kaya raya seperti Indonesia menjadi sumber resources bagi negera lain. Karena memang semua negara yang kaya dengan resources-nya, pasti mata uangnya akan dilemahkan. Sehingga Negara lain bisa membeli resources itu dengan harga yang murah. Cara paling mudah adalah dengan membuat nilai mata uangnya hancur. Itulah seperti yang terjadi pada kita sekarang,” papar Zaim dengan nada tegas.

Zaim lalu mencontohkan Negara Vietnam, negara yang juga kaya dengan  resources, kemudian masuk permodalan global kesana untuk berinvestasi. Dan kemudian yang terjadi adalah, mata uang Vietnam dihancurkan terlebih dahulu, supaya semuanya menjadi murah.

“Jadi, dengan kata lain, sudah pasti selama kita masih mengunakan mata uang kertas ini, maka krisis seperti sekarang ini akan selalu berulang. Tinggal apakah mencapai Rp 20 ribunya kapan, hanya menunggu waktu saja!” lanjut Zaim.

Namun demikian, Zaim Saidi tidak hanya kritis menggugat penggunaan mata uang kertas rupiah di tanah air. Ia juga ada solusinya. Menurut Zaim, solusi dari semua persoalan di atas adalah dengan kita harus menegakkan sesuatu yang berbeda.

“Dan semua orang sudah menjerit sekarang. Maka, kalau kita melihat ekonomi dalam Islam, bahwa riba itu adalah haram hukumnya. Itu adalah sistem yang kita lakukan sekarang ini. Karena itu, kita harus menegakkan sesuatu yang berbeda, yaitu muamalah,” tegas Zaim.

Zaim lantas mengambil contoh ayat dalam AlQuran yang berbunyi, “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” [Al-Baqarah: 275]. Karena itu, menurut Zaim, solusi utamanya adalah kita harus menggiatkan perdagangan.

Lebih lanjut menurut Zaim, dalam terminologi sekarang ini, maka hal itu berarti sektor riil di tanah air harus dipacu, tapi dengan sesuai kaidah, tidak ada riba, lalu alat tukarnya harus mempunya nilai instrinsik, dan yang menghambat terjadinya perdagangan harus dihapus.

Nah, perdagangan yang dimaksud di atas, menurut Zaim, bisa dengan menggunakan mata uang dinar dan dirham, meskipun tidak merupakan suatu keharusan. Tapi yang utama adalah harus mempunyai nilai intrinsik.

“Seperti Pak Habibie dahulu menjual pesawat dibayar dengan beras. Tapi menjual pesawat dengan beras ‘kan tidak praktis. Lebih praktisnya menjual komoditi dengan emas dan perak, karena emas dan perak adalah universal,” tambah Zaim lagi.

Lebih lanjut Zaim, untuk menggalakkan perdagangan yang sesuai dengan kaidah ajaran Islam, maka kita harus memberikan contoh nyata dalam praktiknya sehari-hari di masyarakat di tanah air.

“Yamg penting tindakan. Kita memulai dengan melalui praktek dahulu, dengan begitu pengetahuan akan perdagangan dengan emas dan perak yang sesuai dengan tuntunan Islam akan mulai dikenal oleh masyarakat. Karena itulah, Wakala Induk Nusantara melalui JAWARA (Jaringan Wirausahawan dan Pengguna Dinar Dirham) mengadakan Festival Hari Pasaran di berbagai daerah, untuk melakukan sosialisasi penerapan Dinar Dirham sehari-hari. Dengan tujuan agar masyarakat kita menjadi aware dengan sistem yang benar,” demikian Zaim Saidi menutup pembicaraan. *