Anggota Posdaya sedang memilah sampah.

Pemberdayaan Keluarga Melalui Bank Sampah

[sc name="adsensepostbottom"]

Yayasan Damandiri dengan Pos Pembedayaan Keluarga (Posdaya) telah sukses membangun “Bank Sampah” yang membawa berkah bagi anggota Posdaya.

Anggota Posdaya sedang memilah sampah.
Anggota Posdaya sedang memilah sampah.

Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, menuturkan, para ahli lingkungan dari negara maju pernah menganjurkan agar sampah bisa dikembangkan melalui sistem tiga R yaitu Reduce, Reuce dan Recycle. Artinya sampah bisa dikurangi melalui cara memilih mana yang bisa dipergunakan atau dimanfaatkan kembali.     Kampanye tiga R itu menjadi sangat populer di kalangan para pengabdi lingkungan, karena membawa segala macam solusi di banyak negara,” kata Haryono, dalam rilisnya yang diterima MySharing, Senin (23/3).

Dalam kampanye tiga R itu, lanjutnya, dianjurkan agar para ibu rumah tangga tidak membeli produk yang memerlukan pengemasan yang berlebihan agar hanya dihasilkan sampah yang terbatas. Bahkan para produsen dianjurkan untuk mencantumkan ”hemat bungkus” pada produk yang dijualnya. Dianjurkan secara luas membuang sisa-sisa makanan untuk dijadikan pupuk sehingga jumlah sampah menjadi berkurang.

Dalam hal ”Reuse”, dianjurkan agar para ibu rumah tangga membawa tas dari rumah agar tidak perlu barang yang dibelinya dibungkus yang nantinya dibuang menjadi sampah. Sedangkan dalam hal ”Recycle” dianjurkan agar plastik atau pembungkus lainnya yang didapat saat belanja tidak langsung dibuang, tetapi di recycle. Artinya diolah lagi untuk bisa dipergunakan. Dengan cara itu, maka bisa dipelihara lingkungan yang bersih dan bebas dari polusi.

Haryono pun menuturkan, mulai dari pengalaman di beberapa daerah dalam kerjasama dengan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Keluarga yang menjadi anggota Posdaya menggarap sampah tanpa harus menghafalkan teori yang dianjurkan dalam kampanye tiga R itu.

Posdaya di Surabaya, misalnya, anggotanya memanfaatkan sampah menjadi pupuk. Mereka membuat berbagai macam pupuk, antaranya pupuk cair yang diolah dari sampah dapur dicampur air yang biasa dibuang dalam proses masak-memasak. Lalu pupuk cair itu digunakan untuk memupuki tanaman bunga sehingga menghasilkan bunga yang indah. Tanaman bunga yang di pajang di halaman rumah itu mampu merubah pemandangan yang tadinya gersang menjadi lebih menarik.

Selain pupuk cair, mereka juga membuat pupuk kompos. Pupuk itu pun digunakan untuk memupuki aneka tamanan di sepanjang jalan di wilayah tersebut. Alhasil, kampung yang tadinya gersang berubah menjadi indah dan sejuk dengan rindangnya tanaman yang subur.

Ada pula Posdaya yang mengolah sampah menjadi tas dan aneka hiasan. Seperti kertas koran bekas menjadi lintangan tali. Tali-tali itu di lilit-lilit mnejadi hiasan menarik yang punya harga jual. ”Kampung yang semula tidak pernah mendapatkan pernghargaan, berkat sampah yang diolah berhasil menjadi kampung idaman dengan setumpuk penghargaan dari Walikota Surabaya,” ujar Haryono.

Begitu pula Posdaya Bahagia di Bekasi, dengan ketuanya Isti Bakar, sukses membuat bank sampah. Dalam kreasinya, sebagai Bank, Posdaya yang kepalai Isti itu memperlakukan sampah sebagai uang. Dimana setiap anggota Posdaya harus menyetorkan sampah yang telah dipilah dan disortir kepada pusat bank sampah.

Mereka yang menyetorkan sampah ke Bank Sampah, lanjut dia, akan mendapatkan slip setoran dari teller bank sampah. Mereka juga mendapatkan buku tabungan bank sampah.”Uang setoran sampah itu bisa mereka pergunakan untuk menambah kebutuhan sehari-hari,” kata Haryono.

Posdaya Plamboyan di Bandung Jawa Barat dengan ketuanya Nani juga sukses mendirikan bank sampah. Dalam waktu singkat bank sampah yang dirintisnya berkembang dengan pesat.

Menurut Haryono, ajaibnya uang hasil bank sampah itu dipergunakan untuk membayar iuran anak balita anggota Posdaya di sekolah PAUD. Anggota Posdaya juga bisa meminjam uang itu untuk keperluan modal usaha dan membantu cicilan kredit yang dipergunakan untuk buka warung Posdaya. ”Keluarga prasejahtera tidak lagi menggantungkan diri pada belas kasihan, tetapi dengan sampah yang mereka kumpulkan sesuai nilai ekonominya, bertambah maju dan sampahnya menjadi berkah,” pungkasnya.