Pembangunan infrastruktur pasar modal Indonesia terus digenjot, salah satunya langkahnya adalah bersinergi dengan perbankan. Setelah penambahan fasilitas instruksi penarikan dana lewat ATM bank dimungkinkan, kini muncul usulan agar fasilitas lebih diperluas demi menarik lebih banyak investor.

Nurhaida memaparkan infrastruktur merupakan salah satu building dock market deepening untuk memberi kemudahan pada investor supaya investor tertarik berinvestasi di pasar modal, terutama meningkatkan investor domestik. “Mengapa? Karena investor domestik masih sedikit sekali, mungkin sekitar satu persen dari jumlah penduduk Indonesia,” kata Nurhaida di Galeri Bursa Efek Indonesia, Senin (30/3).
Ia tak menampik peran investor asing di pasar modal Indonesia masih tinggi, dimana dari segi kepemilikan saham sekitar 65 persen dimiliki oleh investor asing. “Kita butuh keseimbangan antara asing dan domestik. Mengapa? Karena stabilitas perekonomian, spesifiknya pasar modal, tergantung pada siapa yang mendominasi pasar. Kalau didominasi investor asing dan mereka melihat potensi di negara lain itu akan dapat membuat mereka pindah, karena itu peran domestik perlu ditingkatkan,” jelas Nurhaida.
Untuk meningkatkan peran invstor domestik ini, maka harus membuat sesuatu yang menarik investor agar mereka mudah masuk ke pasar modal dan aman. Di sisi lain, lanjut Nurhaida, ia mengakui jika investor domestik berkembang, maka produk pilihan investasi harus banyak. Ia memaparkan ada tiga dasar utama untuk menjalankan program market deepening, yaitu peningkatan sisi suplai (jumlah emiten dan keragaman produk investasi), sisi demand (meningkatkan jumlah investor), dan dukungan infrastruktur yang memadai.
Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Margeret Tang pun mengimbau agar perluasan kerjasama bisa diperluas hingga pembelian instrumen investasi. “Perbankan jaringannya cukup luas, jadi kami melihat banyak yang bisa digarap, seperti membeli obligasi ritel maupun reksadana. Bank RDN harus bisa sediakan investor untuk bisa beli saham perdana, atau obligasi, jadi investor di pelosok Timur yang mau membeli saham perdana bisa dengan mudah menggunakan jaringan perbankan,” ujar Margeret.
Potensi pengembangan pasar modal di wilayah timur Indonesia tidak kalah dengan wilayah Barat. Akan terlalu lama bagi pelaku pasar modal Indonesia untuk mengembangkan sendiri infrastruktur yang secara luas menjangkau wilayah Timur. Oleh karena itu, kerjasama dengan perbankan untuk sinergi dan dukungan infrastruktur diharapkan dapat menjadi terobosan untuk pemenuhan kebutuhan infrastruktur guna memacu pengembangan pasar modal Indonesia.
Direktur Trimegah Securities, Syafriandi Armand, menuturkan pengembangan fasilitas instruksi penarikan dana melalui ATM merupakan sinergi penting yang bisa dilakukan antara KSEI, bank dan sekuritas. “Dengan fasilitas ini berjalan nantinya juga tidak akan berhenti di instruksi penarikan dana, tetapi bisa berkembang pula untuk membeli reksadana, saham perdana maupun obligasi ritel,” kata Syafriandi.

