(Ki-Ka): Relawan Dompet Dhuafa, Iwel Sastra; Direktur Eksekutif Domoet Dhuafa, Yuli Pujihardi; Penerima Manfaat, Paini; Direktur Pengembangan Sosial, Nana Mintarti.

Dompet Dhuafa Siapkan Program Pemberdayaan Perempuan

[sc name="adsensepostbottom"]

Kaum perempuan turut berkontribusi besar dalam memajukan perekonomian keluarga. Dompet Dhuafa pun memberikan perhatian khusus bagi kaum perempuan dengan menyiapkan sejumlah program pemberdayaan.

(Ki-Ka): Relawan Dompet Dhuafa, Iwel Sastra; Direktur Eksekutif Domoet Dhuafa, Yuli Pujihardi; Penerima Manfaat, Paini; Direktur Pengembangan Sosial, Nana Mintarti.
(Ki-Ka): Relawan Dompet Dhuafa, Iwel Sastra; Direktur Eksekutif Domoet Dhuafa, Yuli Pujihardi; Penerima Manfaat, Paini; Direktur Pengembangan Sosial, Nana Mintarti.

Direktur Pengembangan Sosial Dompet Dhuafa, Nana Mintarti, mengatakan tingkat keberhasilan para perempuan dalam memajukan perekonomian keluarga cukup besar. Setidaknya sekitar 60 persen penerima manfaat program pemberdayaan Dompet Dhuafa adalah kaum perempuan. “Program pemberdayaan tidak di-setting khusus untuk perempuan, tetapi ternyata seiring waktu 50-60 persen yang berhasil adalah yang perempuan, maka kami khusus memberi perhatian pada para ibu,” kata Nana saat peluncuran tema Tumbuh Bersama, Kamis (16/4).

Dalam program pemberdayaan ekonomi, Dompet Dhuafa tidak hanya memberikan modal usaha kecil, tetapi juga berupa proses pendampingan berupa penggunaan teknologi tepat guna, pelatihan keahlian sesuai programnya, hingga ke pembukuan. “Misalnya kalau di daerah nelayan bagaimana para ibu membuat produk turunan dari ikan. Tidak hanya keterampilan membuat kue, tapi juga bagaimana mengatur keuangan keluarga karena hang biasa memegang uang adalah ibu rumah tangga. Kalau bisa mengatur keuangan itu, maka Insya Allah perekonomian akan membaik,” jelas Nana.

Diantara program terkait pemberdayaan perempuan adalah program Ibu Tangguh, yang ditujukan khusus bagi ibu tunggal dari kaum dhuafa yang menjadi kepala keluarga dan harus hidupi perekonomian keluarga. Selain itu, ada pula program bagi keluarga disabilitas mandiri, dimana kepala keluarganya adalah perempuan dan mempunyai anggota keluarga yang disabilitas.

“Dompet Dhuafa juga meluncurkan bank orang miskin yang kita sebut social trust fund yaitu pemberian modal usaha bagi super mikro, yang membutuhkan modal Rp 500 ribu atau sampai Rp 2 juta. Dengan social trust fund ini kita berhasil mengangkat perekonomian pada level sustain dan akan meningkat ke tahap kemandirian,” ujar Nana.

Salah satu penerima manfaat Dompet Dhuafa, Paini, pun merasakan perkembangan kelompok usahanya setelah memperoleh pembinaan dan pendampingan dari Dompet Dhuafa. Pada 2007 ia mendirikan kelompok usaha penyandang disabilitas di Bekasi dengan anggota kelompok sebanyak tujuh orang. Setelah bekerja sama dengan Dompet Dhuafa kini anggota kelompoknya telah berkembang hingga 35 orang yang memiliki beragam keterampilan seperti menjahit, membuat kerajinan tanganan dan aksesoris, hingga makanan.

“Melalui kelompok usaha penyandang disabilitas ini saya ingin menunjukkan bahwa disabilitas bukan berarti tidak mampu berbuat apa-apa, tapi kaum disabilitas juga mampu berkarya,” cetus Paini. Menurutnya, ada hampir 1000 penyandang disabilitas di Bekasi dan 80 persen diantaranya hidup di bawah garis kemiskinan.