Penyatuan kemahiran industrial Jepang dan kepiawaian Malaysia di sektor keuangan syariah dinilai akan membentuk persekutuan yang kuat.

Najib mengutarakan walau industri keuangan syariah secara umum berkembang pesat di Asia, permintaan keuangan syariah di Asia Tenggara masih rendah. “Potensi Indonesia belum tergarap seluruhnya, sementara Filipina, Thailand dan Kamboja juga meminati keuangan syariah. Jadi ini adalah sebuah kesempatan dan kami menyambut Jepang untuk terlibat di pasar keuangan syariah yang sedang berkembang ini,” jelas Najib.
Ia menambahkan dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe pada Juli 2013, mereka berdiskusi mengenai dukungan pemerintah dan otoritas Jepang dalam mendorong perusahaan, lembaga keuangan dan investor Jepang untuk terlibat pada kegiatan yang terkait keuangan syariah Malaysia. “Sebagai timbal baliknya, kami menyediakan bantuan teknis keuangan syariah,” ujar Najib. Baca: Malaysia Bantu Rusia Kembangkan SDM Keuangan Syariah
Salah satu perusahaan Jepang yang telah menerbitkan sukuk di Malaysia adalah Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ pada September 2014. Sebelumnya Sumitomo Mitsui Corp Malaysia juga telah memperoleh izin untuk menyediakan jasa keuangan syariah di negara jiran.
“Kedua negara (Malaysia dan Jepang) dapat menggunakan keahliannya masing-masing untuk membentuk kerjasama yang lebih komprehensif tidak hanya di Malaysia dan Jepang, tetapi juga di negara-negara dimana perusahaan kedua negara beroperasi,” kata Najib. Baca Juga: Ini Strategi Keuangan Inklusif Malaysia!
Malaysia telah dikenal sebagai penerbit sukuk terbesar di dunia. Dari outstanding sukuk global tahun lalu sebesar 300 miliar dolar AS, Malaysia mencatat 173 miliar dolar atau 57,4 persen. Sedangkan Arab Saudi berada di peringkat kedua dengan 50,4 miliar dolar AS atau 16,7 persen. Aset keuangan syariah global diperkirakan senilai 2 triliun dolar AS. Walau jumlahnya masih kecil dibanding aset keuangan konvensional, rata-rata pertumbuhan tahunan dari 2009-2014 tercatat sebesar 17 persen.

