Memiliki aset dan sumber daya manusia (SDM) yang sangat besar, Muhammadiyah ditantang untuk berani bergeser ke gerakan ekonomi. Hal ini didasari karena pelaku wirausaha di Muhammadiyah sangat minim jumlahnya, sementara kedepan pelaku wirausaha adalah sebagai penentu keberhasilan ekonomi nasional.

Demikian hal tersebut ditegaskan Hajriyanto Y. Thohari, politisi nasional dan juga tokoh Muhammadiyah dalam acara seminar dan lokakarya dengan tema “Cetak Biru Gerakan Ekonomi Muhammadiyah” yang diselenggarakan oleh Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Palembang, Palembang, Sumatera Selatan, sabtu (6/6/2015).
Diakui oleh Hajriyanto, untuk mendorong Muhammadiyah kearah ekonomi atau bisnis tidaklah mudah. Hal ini terkait dengan kulturisasi budaya di Muhammadiyah, dimana semangat kewirausahaan belum tertanam. “Padahal, awal pendirian Muhammadiyah dijiwai semangat kewirausahaan. Maka dari itu, diperlukan strategi dan langah langkah strategis untuk mengformulasikan itu semua,” tegas Hajriyanto.
Hajriyanto juga sepakat jika dalam kaderisasi Muhammadiyah dituangkan materi kewirausahaan, yang selama ini materi tersebut belum pernah disinggung sama sekali. Kemudian Hajriyanto juga berharap agar Muhammadiyah mengaktualisasikan modernisasi organisasi. diantaranyara adalah bagaimana aset ekonomi Muhammadiyah berupa amal usaha Muhammadiyah terkonsolidasi dan teraudit. “Selama ini masih seperti lidi yang belum bersatu,” ujar Hajriyanto lagi.
Menanggapi peryataan Hajriyanto Y Thohari, Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PP Muhammadiyah – Syafrudin Anhar sepakat mengatakan, bahwa Muhammadiyah harus masuk dalam gerakan ekonomi. Selama ini MEK PP Muhammadiyah, terus berupaya dan mendorong warga Muhammadiyah untuk mengembangkan ekonomi. Seperti mendirikan Baitul Tanwil Muhammadiyah (BTM), pengembangan usaha mikro kecil dan menengah dan membangun kemiteraan bisnis dengan berbagai pihak.
Syafrudin Anhar sangat setuju dengan apa yang dilontarkan oleh Herjianto. “Memang sudah saatnya Muhammadiyah masuk dalam ranah ekonomi. Muhammadiyah yang selama ini aktif mengkritik terhadap investasi asing dan ekonomi liberal, sudah selayaknya Muhammadiyah juga berani masuk dalam dunia investasi baik sektor riil dan keuangan,” tegas Syafrudin Anhar.

