Industri keuangan syariah semakin menarik minat banyak negara. Tak hanya Tiongkok, namun juga hingga ke Kepulauan Cayman.

Chief Executive Officer Cayman Finance Jude Scott, menuturkan ada banyak alasan wilayah tersebut terkenal di kalangan investor syariah. Sebagai bagian dari wilayah kekuasaan Inggris, Cayman memiliki kondisi politik yang stabil dan aturan hukum berdasar pada hukum Inggris. Seperti diketahui sebelumnya, negara berlambang Union Jack itu dikenal menjadi salah satu negara yang turut mengembangkan keuangan syariah di Benua Biru. Baca: Negara Non Muslim Kian Seriusi Ekonomi Halal
Sebagaimana dilansir dari laman CNS Business, Senin (27/7), keuangan syariah adalah salah satu industri yang tumbuh pesat di pasar keuangan internasional. Rerata pertumbuhan per tahunnya antara 15-20 persen. Penggunaan perusahaan offshore oleh industri keuangan syariah punya faktor yang sama dengan perbankan konvensional, dimana efisiensi pajak dan privasi menjadi pertimbangan umum dalam transaksi lintas batas. Kendati demikian, Cayman belum memiliki regulasi yang memadai untuk mendukung industri keuangan syariah.
Sebelumnya Inggris pada pertengahan tahun 2014 sukses menerbitkan sukuk senilai 200 juta poundsterling dan pada 2013 menjadi tuan rumah World Islamic Economic Forum. Sukuk perdana pemerintah Inggris itu mengalami kelebihan permintaan 12 kali. Inggris juga tercatat memiliki enam bank syariah dan 16 lembaga keuangan lainnya yang menawarkan produk keuangan syariah. Baca: OJK Siap Adopsi Inggris Kembangkan Pasar Modal Syariah
Lembaga pendidikan keuangan syariah di negara tersebut juga turut bertumbuh. Menurut data University of East London, setidaknya saat ini 59 institusi pendidikan di seluruh Inggris memiliki program pendidikan keuangan syariah. Meningkat pesat dibanding satu dekade lalu. Minimnya ahli keuangan syariah membuat berbagai program pendidikan bermunculan di berbagai negara – seperti Inggris, Bahrain dan Malaysia – demi menjadi bagian dari industri keuangan syariah yang nilainya diperkirakan melampaui 3,4 triliun dolar AS pada 2018.

