Melemahnya harga minyak dunia dan perekonomian global secara umum, serta langkah antisipasi terhadap kenaikan suku bunga AS turut membayangi pertumbuhan perbankan dan keuangan syariah.

Dubai Islamic Economic Development Center (DIEDC) memproyeksikan pertumbuhan industri keuangan syariah global pada 2014-2020 sebesar 9,8 persen per tahun, dengan aset perbankan syariah global mencapai 2,6 triliun dolar AS pada 2020. Saat ini aset perbankan syariah di seluruh dunia mencapai 1,3 triliun dolar AS. Baca: Menkeu Jerman: Keuangan Syariah Perlu Menyatu ke Tataran Global
Pertumbuhan tersebut dimotori oleh ekspansi perbankan syariah yang sebesar 12 persen dan asuransi syariah yang sebesar 10 persen. Sementara, pertumbuhan sukuk dan reksa dana syariah menurun dibanding tahun lalu. Sukuk menurun dari 11 persen menjadi enam persen, dan reksa dana syariah dari 14 persen menjadi tujuh persen.
Sebelumnya skenario optimis aset industri keuangan syariah global diperkirakan mencapai 4,2 triliun dolar AS pada 2014. Namun, proyeksi pertumbuhan single-digit saat ini dinilai masih positif di tengah kondisi perekonomian global saat ini. “Strategi mengembangkan ekonomi syariah tak hanya tervatas pada perbankan dan keuangan syariah saja, tetapi meluas ke tujuh sektor kunci yang menjadi pilar perekonomian,” ujar Chairman DIEDC Mohammed Abudllah Al Gergawi, dikutip dari Islamic Finance News, Selasa (29/9). Baca Juga: Sukuk Wakaf: Local to Global
Malaysia dan Uni Emirat Arab dinilai memiliki lingkungan ekonomi syariah yang paling kondusif. Secara umum pengeluaran konsumen muslim di berbagai sektor ekonomi syariah, seperti keuangan syariah, pangan halal dan wisata syariah, diperkirakan mencapai 2,6 triliun dolar AS pada 2020. Meningkat dibanding pada 2014 yang sebesar 1,8 triliun dolar AS.

