Di tengah kondisi keuangan global yang bergejolak dan menurunnya harga minyak dunia, industri keuangan syariah Singapura pun melalui masa sulit.

Sejauh ini hanya ada satu penerbitan sukuk di Singapura. Penerbitan tersebut dilakukan oleh Cagamas Bhs yang meraup dana sebesar 163 juta dolar AS pada September 2015. Dalam sembilan bulan pertama 2015, hanya sukuk Cagamas yang muncul ke pasar surat utang Singapura yang berjumlah 17,7 miliar dolar AS dari 136 obligasi.
Head of Fixed Income DBS Clifford Lee, mengatakan minimnya pool sukuk di Singapura merupakan kendala utama penerbitan sukuk. “Ini membuat Anda menjual ke pasar lainnya yang membutuhkan pemahaman tentang sukuk, sehingga biayanya menjadi tinggi. Di sisi lain, pasar obligasi konvensional lebih dari siap untuk memenuhi kebutuhan Anda,” kata Lee, dilansir dari Business Times, Senin (23/11).
Indikator terkuat melemahnya industri keuangan syariah di Singapura adalah tutupnya Islamic Bank of Asia, unit syariah DBS Group Holdings, pada September silam. Keputusan itu sendiri sudah diduga akan muncul karena pertumbuhan industri keuangan syariah anjlok, setelah mencatat pertumbuhan double-digit tahun lalu. Baca: Keuangan Syariah Dapat Berperan Biayai Infrastruktur Skala Kecil
Juru bicara Otoritas Moneter Singapura, menjelaskan meski perkembangan bisnis keuangan syariah di Singapura sejalan dengan melambatnya pertumbuhan keuangan syariah global, sangat penting untuk tak menilai hal itu dalam jangka pendek. “Perdagangan dan investasi antara Asia dan Timur Tengah akan terus berlanjut dan seiring waktu menghadirkan peluang bagi keuangan syariah,” ujarnya.
Standard and Poor’s Ratings Services memprediksi industri keuangan syariah akan tumbuh single digit pada 2016, menurun dari tahun-tahun sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 10-15 persen. Saat ini aset keuangan syariah global sebesar 2 triliun dolar AS dan diperkirakan akan mencapai 3 triliun dolar AS di dekade mendatang.

