Industri keuangan syariah dilihat sebagai salah satu sarana utama untuk mendukung perekonomian di kawasan Mediterania.

Direktur Eksekutif Global Alliance for Banking on Values Marcos Eguiguren, mengatakan tidak ada aktivitas ekonomi yang berarti jika layanan kepada masyarakat bukanlah tujuan utamanya. “Perbankan syariah berbasis kepada nilai-nilai. Kita harus membangun jembatan antara basis nilai itu dan perbankan syariah,” kata Eguiguren, dilansir dari Hurriyet Daily News, Senin (30/11). Baca: Menkeu Jerman: Keuangan Syariah Perlu Menyatu ke Tataran Global
Sementara, Kepala Organisasi Keuangan dan Hubungan Internasional Bank Sentral Spanyol Pablo Moreno, memaparkan industri keuangan syariah telah tumbuh lebih cepat dari perbankan konvensional. “Keuangan syariah bermanfaat untuk pembiayaan infrastruktur dan usaha kecil dan menengah (UKM). Spanyol sangat bergantung pada UKM untuk lapangan pekerjaan dan pertumbuhan. Kami menghadapi kendala untuk membiayai UKM, meski Uni Eropa mencoba membantu, itu belum cukup,” jelas Moreno.
Kendati demikian, ia tak menampik jika keuangan syariah juga memiliki tantangan regulasi. “Ada kebutuhan akan adanya harmonisasi regulasi keuangan syariah di seluruh dunia,” tukas Moreno. Saat ini aset keuangan syariah global mencapai 2 triliun dolar dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 6,5 triliun dolar pada 2020. Baca: Standard & Poor’s: Tahun 2016 Tak Mudah Bagi Keuangan Syariah
Standard and Poor’s Ratings Services memprediksi industri keuangan syariah akan tumbuh single digit pada 2016, menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut tak terlepas dari dampak menurunnya harga minyak dunia, sehingga membuat pemerintah dan perusahaan di Timur Tengah, yang mendominasi pangsa aset keuangan syariah global sebesar 40 persen, juga mengurangi investasi di produk keuangan syariah.

