Berbagai wajah umat Islam dalam kehidupan sosial dapat kita lihat berbeda-beda penampilannya antar berbagai daerah. Semua menyesuaikan dengan kondisi setempat. Namun, ada nilai-nilai moral sosial ke-Islam-an yang bersifat universal. Nilai-nilai universal itulah yang hendak digambarkan The Muslim Show (TMS), komik asal Perancis karya Noredine Allam, Greg Blondin, dan Karim Allam.

“Ingin menggambarkan Islam secara global,” tutur Noredine (melalui penerjemah bahasa Perancis), seraya mengakui di Perancis juga ada sejumlah golongan Islam, usai mengisi kuliah umum mengenai komiknya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Senin 10 Maret 2014.
Buku komik tersebut beredar di Perancis pada tahun 2009, diterbitkan oleh BDouin bekerja sama dengan Dargaud, yang merupakan penerbit komik ternama di Perancis. Tayang pula di laman media sosial facebook. Lewat media sosial itulah, TMS meraup popularitas internasional, lewat pengikut di akun page facebook lebih dari 500 ribu orang. Menangkap peluang pasar tersebut, Mizan menerbitkan di Indonesia sejak Februari 2014.
Noredine mengatakan, tidak ada perbedaan isi buku komik itu antara versi Perancis dengan yang di Indonesia. Sebelumnya, belum tayang secara serial di media cetak berkala di Perancis, namun tengah dalam pembicaraan dengan satu koran di Perancis agar ditayangkan berkala. Di Facebook, tayang serial baru tiga kali per minggu.
Salah seorang penggemar TMS yang mengikuti kuliah umum itu adalah Rasuardi, seorang dosen ilustrasi di Fakultas Desain Komunikasi Visual (DKV) IKJ. Dia membeli edisi “Hidup Bertetangga” komik tersebut, yang dijual seharga Rp55.000. Menurutnya, daya tarik TMS adalah berhasil mengangkat nilai-nilai moral dari Al Qur’an ke dalam kisah sehari-hari.
“Yang itu biasanya kita dapat di pengajian, ini dapat di facebook,” ucap Rasuardi.
Rasuardi menjelaskan, gaya tutur komik tersebut sangat universal, tidak terlalu Perancis, dan mudah dimengerti siapa saja, termasuk orang Indonesia. Gaya komiknya berada di tengah-tengah, tidak terlalu realis dan tidak terlalu kartun. “Eropa banget warnanya, garisnya,” kata lelaki berkacamata yang telah mengikuti facebook komik tersebut sejak awal 2013.
Toh, tak semua peserta kuliah umum tersebut sudah mengenal TMS sebelumnya, misalnya Gagas Bangun, mahasiswa peminatan ilustrasi, DKV IKJ angkatan 2011. Dia tertarik mengikuti kuliah umum tersebut karena ingin tahu gaya komik di Perancis.
Dalam kuliah umumnya, Noredine menuturkan, paling penting dalam pembuatan komik itu adalah melahirkan ide yang bisa berbulan-bulan sendiri, sebelum menentukan tokoh, atau latar. Salah satu strateginya adalah banyak membaca, mengikuti seminar, talkshow, dan berbagi ide.
Menurut Noredine, konteks budaya yang universal penting dipelajari. Dalam komik, jika menyasar anak-anak, terkadang ada konsep-konsep yang abstrak, yang susah dijelaskan untuk dimengerti anak kecil, sehingga perlu metafora, untuk menerjemahkan ke dalam konteks yang lebih mudah dimengerti.
“Akhir cerita itu juga penting, tidak boleh gantung. Apa moralnya dari akhir cerita tersebut. Apabila tahap-tahap tadi sudah dilalui, Anda baru boleh mengambil pensil untuk menggambar,” kata Noredine.
Terkait universalitas, Noredine menyarankan agar membuka kamus simbol-simbol dunia. Ada tujuh ekspresi wajah universal yang dimengerti berbagai negara, yakni sadness, happiness, anger, disgust, suprise, contempt, dan fear.
Noredine mengatakan, semua ekspresi dan perasaan di dalam komik harus digambarkan secara berlebihan, alias hiperbolik. Demikian agar selain menarik pembaca emosi yang terkandung dalam komik itu tersampaikan.
Mengenai sumber inspirasi, Noredine menyarankan untuk menggali dari diri sendiri. Penting juga untuk melakukan pekerjaan dengan suka hati. Jika Anda tidak punya skill, setidaknya Anda tetap bisa mempelajarinya.
Mengenai gaya hidup, Noredine meminta agar kita bisa membatasi diri dari pengaruh globalisasi. Dia mengatakan, dari cara berpakaian peserta yang hadir, tampak sudah terpengaruh budaya luar. “Apa yg anda pakai itu merupakan simbol dari diri Anda sendiri,” katanya.
Teks: Heru Lesmana Syafei

