Dalam World Islamic Banking Competitiveness Report 2016 yang dirilis oleh EY, Arab Saudi merajai industri perbankan syariah global.

Dalam hal pangsa pasar perbankan syariah, negara-negara seperti Arab Saudi, Kuwait, Bahrain dan Qatar diprediksi tetap menjadi pemain utama hingga 2020. Arab Saudi mendominasi pangsa pasar perbankan syariah global dengan prosentase 33 persen.
Posisi Arab Saudi diikuti oleh Malaysia (15,5 persen) dan Uni Emirat Arab (15,4 persen). Sementara, perbankan syariah di Bahrain juga mulai mengejar pangsa pasarnya dari industri perbankan konvensional. “Kecuali Turki dan Indonesia, pangsa bank syariah naik di semua pasar, dan hal tersebut menunjukkan ketahanan industri keuangan syariah,” kata MENA financial services leader EY Gordon Bennie, dilansir dari Arabian Business, Selasa (22/12).
Ia memaparkan 22 bank syariah internasional kini memiliki ekuitas sebesar 1 miliar dolar AS atau lebih, sehingga membuat mereka menjadi yang terdepan di industri perbankan syariah global. “Kendati demikian, pangsa mereka masih sepertiga dari bank konvensional terbesar di negara masing-masing dan masih tertinggal dalam konteks return on equity,” jelas Bennie.
Sementara, Direktur Global Islamic Banking Centre EY Muzammil Kasbati, menuturkan kondisi eksternal seperti anjloknya harga minyak dunia berdampak pada likuiditas sistem perbankan dan belanja infrastruktur. “Bank syariah berada di posisi lebih baik dalam kondisi tersebut karena balance sheets yang lebih sederhana, punya produk dasar dan operasi yang lokal. Namun, tampaknya mereka belum siap untuk masuk ke era digital yang mengubah cara nasabah berinteraksi dengan bank,” jelasnya.
Dalam laporannya EY mengungkapkan dua area utama yang akan menjadi motor pertumbuhan perbankan syariah di masa mendatang, yaitu pertumbuhan aset perbankan dan meningkatnya pangsa pasar. EY memprediksi aset perbankan syariah di QISMUT akan mencapai 1,6 triliun dolar AS pada 2020 dengan laba sebesar 27,8 miliar dolar AS.

