Belanja Infrastruktur Motori Pasar Sukuk

[sc name="adsensepostbottom"]

Sejumlah negara akan menerbitkan sukuk untuk memenuhi pembiayaan infrastruktur.

infrastrukturCIMB Islamic Bank memprediksi investasi dan belanja infrastruktur akan mendukung penerbitan sukuk pada 2016. Ghana dan Maroko juga sedang bersiap untuk menerbitkan sukuk perdananya tahun ini, sementara Sichuan Development Holding akan menjadi perusahaan pertama dari Tiongkok yang masuk pasar sukuk sukuk jika rencana penerbitannya terealisasi.

Senior Managing Director dan Deputy Chief Executive Officer CIMB Islamic Bank Mohamad Safri Shahul Hamid, mengatakan walau pasar sukuk di enam negara anggota Dewan Kerjasama Teluk telah turun 33 persen menjadi 9,9 miliar dolar pada 2015, pasar tersebut akan kembali menemukan momentumnya tahun ini. “Qatar dan Arab Saudi akan menjadi yang terdepan,” ujarnya, dikutip dari Saudi Gazette, Selasa (5/1).

Qatar menganggarkan dana infrastruktur sebesar 182 miliar dolar AS untuk membangun jalan dan stadion sebagai persiapan menjadi tuan rumah Piala Dunia pada 2022. Anjloknya harga minyak dunia sebesar 41 persen dalam 12 bulan terakhir dinilai akan mendorong lebih banyak penerbitan sukuk dari Arab Saudi. Baca: Sukuk Berperan Penting Penuhi Kebutuhan Pembiayaan Infrastruktur

Di lain pihak, pemerintah Indonesia telah mengalokasikan Rp 300 triliun untuk infrastruktur pada 2016. Sukuk pun akan menjadi salah satu instrumen yang digunakan untuk membiayai proyek infrastruktur. Sementara, Malaysia punya program pengembangan senilai 444 miliar, dimana perusahaan lokal juga akan turut serta dalam konstruksi jalan, rel kereta api dan pembangkit listrik. Proyek-proyek tersebut juga akan dibiayai oleh sukuk.

[bctt tweet=”Indonesia mengalokasikan Rp 300 T untuk infrastruktur, 2016 sebagian didanai #Sukuk @idxsyariah”]

Head of Islamic Markets AmInvestment Bank Mohd Effendi Abdullah, tak menampik 2016 tak akan menjadi tahun yang mudah. “Kendati sukuk proyek mungkin akan meningkat, korporasi bisa saja menunda penjualan sukuk atau mencari alternatif pendanaan yang lebih murah seiring meningkatnya suku bunga dan melambatnya perekonomian,” pungkasnya.