36 Persen Orang Indonesia Sudah Lindungi Masa Tuanya

[sc name="adsensepostbottom"]

Baru 36 persen orang Indonesia yang  mengaku telah menyiapkan perlindungan hidup masa tuanya.

Senior Vice President and Head of Wealth Management, HSBC Indonesia, Steven Suryana mengatakan, seperti di masyarakat di negara manapun, masyarakat Indonesia juga memiliki harapan tinggi untuk terus dapat hidup berkualitas hingga di masa tuanya.

“Namun hanya 36 persen yang mengaku telah menyiapkan perencanaan keuangan jangka panjang dengan baik untuk mewujudkankan kesejahteraan masa tuanya.  Bahkan, 1 dari 3 orang Indonesia menyatakan belum siap dalam menyambut hari tua mereka,”  Kata Steven dalam HSBC Weald and Beyond, Personal Economy Forum 2016, di Ritz  Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (12/4).

Lebih lanjut Steven mengatakan,  berdasarkan  studi HSBC The Power of Protection Confidence in the Future, permasalahan terbesar masyarakat Indonesia yang mereka khawatirkan adalah kondisi kesehatan fisik 64 persen, kesehatan keuangan 54 persen, serta kualitas hidup  di usia tua atau ketika mereka tak produktif lagi sebanyak 43 persen..

“Kalau ditanya apa yang sangat dikhawatirkan dalam 10 tahun ke depan bahwa 64 persen mereka nggak yakin kesehatan mereka, kedua financial security. Jadi 2 ini merupakan yang paling besar yang orang tidak yakini,” ungkap Steven.

Kesehatan, tambah dia, menjadi perhatian terbesar karena mereka menyakini gangguan kesehatan akan berdampak luas terhadap banyak hal. Sebanyak 72 persen responden khawatir gangguan kesehatan akan berdampak pada kualitas hidupnya. 72 persen mereka juga  khawatir  jika kesehatan terganggu maka akan berpengaruh terhadap kemampuan dalam membiayai hidup, keharmonisan keluarga 70 persen, kondisi psikologis 61 persen, hubungan dengan pasangan 57 persen, serta keberadaannya sebagai orang tua yang baik yakni 50 persen.

Dari studi tersebut, lanjut dia, juga didapatkan hasil 33 persen menyatakan sama sekali tidak dapat mengelola keuangannya, serta tidak memiliki proteksi spesifik, meskipun ada keinginan untuk mengelola keuangan.  Namun, 67 persen responden yang menyatakan bahwa mereka telah melakukan persiapan keuangan.. “Baik dalam bentuk tabungan, investasi maupun asuransi, namun masih banyak pula yang belum memahami sepenuhnya apakah persiapan keuangan tersebut sudah tepat sesuai kebutuhan dan dapat dijadikan jaminan di masa tua nanti,”  tukas Steven.

Selain itu, hasil survei juga menunjukkan masih ada beberapa yang fokus pada perencanan  keuangan jangka pendek untuk kebutuhan-kebutuhan mendadak yakni sebanyak 44 persen. Sebanyak 55 persen,  mereka yang tidak memiliki pengetahuan cukup tentang proteksi yang tepat sesuai kebutuhan serta aspirasi mereka dan tidak mengetahui bagaimana cara memperolehnya.

[bctt tweet=”Masih banyak orang Indonesia memerlukan edukasi perencanaan keuangan”]

Sedangkan 36 persen berpendapat bahwa mereka saat ini merasa belum membutuhkan atau tidak menjadi persiapan keuangan jangka panjang sebagai prioritas. Kondisi ini berarti masih banyak orang Indonesia yang memerlukan dukungan edukasi.  “Melalui forum ini, kami ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memiliki perencanaan sttategis dalam mengelola dan membangun kesejahteraan di masa tua,” pungkasnya.