Sukuk negara dan supranasional memotori peningkatan pasar sukuk tahun ini.

“Hal itu terjadi karena kombinasi banyak faktor, termasuk adanya kebutuhan pendanaan dari penerbit sukuk, seperti pemerintah yang membutuhkannya untuk mengisi kesenjangan dalam anggaran. Selain itu, faktor lainnya harga komoditas dan minyak yang masih belum bergerak, serta kebijakan Fed terkait suku bunga yang cukup lambat,” kata Global Head of Islamic Finance Fitch Ratings Bashar Al Natoor, dilansir dari Islamic Finance News, Kamis (21/4).
Total penerbitan sukuk dengan tenor 18 bulan atau lebih di Dewan Kerjasama Teluk, Malaysia, Indonesia, Turki, Singapura dan Pakistan meningkat 21 persen dari periode sama tahun lalu. Sementara, jika dibandingkan akhir 2015 angkanya naik 22 persen, atau mencapai 11,1 miliar dolar AS di tiga bulan pertama tahun ini.
Peningkatan pertumbuhan penerbitan sukuk ini melampaui penerbitan obligasi konvensional yang malah menurun sebesar 45 persen dari kuartal I 2015, atau turun 23 persen dari akhir 2015. Nilai obligasi konvensional hingga kuartal I 2016 mencapai 17,1 miliar dolar AS. Namun, dilihat dari pangsa pasarnya sukuk mengalami kenaikan terbesarnya dalam delapan tahun terakhir, dengan pangsa sebesar 39,3 persen.
Bashar pun memperkirakan total penerbitan sukuk pada 2016 setidaknya akan sama dengan tahun lalu. “Kami memperkirakan akan ada pertumbuhan yang menguat di kuartal II, walau mungkin tidak seperti kuartal I. Banyak momentum yang bisa diraih di pasar sukuk sebelum Ramadan dan liburan musim panas,” tukasnya.
Proyeksi nan optimis tersebut didorong oleh adanya dukungan dari pemerintahan di kawasan Teluk untuk menciptakan iklim yang lebih baik untuk pasar sukuk. Di bulan ini Oman telah memiliki regulasi sukuk terbarunya dan berencana menerbitkan sukuk berdenominasi dolar sebelum kuartal II. Negara lainnya seperti Yordania, Pakistan, Kazakhstan, Kenya dan Afrika Selatan juga diperkirakan akan menerbitkan sukuk.

