Pekonomi pertanian Indonesia sangat luas, namun karena tiadanya kebijakan yang terintegrasi dari hulu dan hilir menjadikan manajemen pertanian di Indonesia berantakan.

Ketahanan pangan merupakan isu krusial di tanah air saat ini. Hal ini tidak lepas dari kondisi nasib para petani serta beralihnya fungsi pertanian ke sektor lainnya. Jika ini diteruskan akan menjadi bencana ketahanan pangan kedepan. Apalagi melihat manajemen pertanian di Indonesia jauh dari sebuah harapan, seperti penyediaan pupuk, bibit, obat-obatan dan pemasaran produk pertanian seakan-akan selama ini hanya berjalan seperti auto pilot.
Terkait dengan hal itu, Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) mendesak kepada pemerintah untuk serius melakukan tata kelola manajemen pertanian di tanah air.
Peryataan ini disampaikan oleh Ketua Jaringan Saudagar Muhammadiyah – Bambang Wijanarko dalam acara kunjungannya ke Pasar Induk Nusantara (PIN) di pasar kota Cikarang – Bekasi Jawa Barat bersama mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi – Erman Soeparno.
Menurut Bambang, potensi ekonomi pertanian Indonesia sangat luas, namun karena tiadanya kebijakan yang terintegrasi dari hulu dan hilir menjadikan manajemen pertanian di Indonesia berantakan.
Mesikapi hal ini, JSM yang merupakan–kumpulan pengusaha Muhammadiyah akan terjun langsung dalam pembangunan pertanian, diantaranya adalah dengan strategi membangun kampung-kampung Agro Muhammadiyah (AgroMu) secara integratif baik penyediaan pupuk,obat-obatan, bibit yang berkualitas dan pemasaran.
“Kami ingin memberikan sumbangsih dan sekaligus garda terdepan dalam pembangunan pertanian di negeri ini,” terang Bambang Wijanarko.
Sementara Erman Soeparno yang saat ini terjun berprofesi sebagai petani menambahkan perlunya perubahan sudut pandang masyarakat terhadap pertanian.
“Petani tidak selalu di konotasikan dengan sosok pekerjaan bagi kelas masyarakat kecil dan identik dengan kemiskinan. Pada hal jika ditekuni dan diolah secara modern bidang pertanian merupakan usaha yang fantastis. Begitu juga menjadi petani merupakan sebuah perkerjaan membanggakan dibandingkan dengan pekerjaan lainya. Maka pola pemikiran ini yang harus dirubah pada diri masyarakat,” papar Erman.
Selain mengubah sudat pandang masyarakat, Erman meminta kepada pemerintah untuk tidak mempolitisir tentang pembangunan pertanian di Indonesia, pemerintah harus punya keberpihakan kepada petani dan bukan sebaliknya, realitas ini yang terjadi saat ini. Maka untuk itu pemerintah membuat kebijakan kebijakan yang berpihak pada para petani.
“Bukan kebijakan impor produk pertanian yang selama ini populer di tengah nasib para petani ingin dihargai,” cetus Erman.
Untuk mempopulerkan budaya bertani, dalam waktu dekat Erman bersama elemen-elemen yang ada dimasyarakat termasuk JSM dan PIN akan membuat sebuah gerakan bertani nasional yang merupakan sebuah upaya membangun ketahanan pangan nasional.

