Di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global saat ini, kinerja perekonomian ASEAN tetap baik.
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) adalah kawasan yang dinamis, memiliki daya tahan, dan diharapkan memiliki pertumbuhan yang inklusif, dalam arti pertumbuhan yang akan membawa kesejahteraan bagi seluruh negara anggotanya. Dalam siaran pers Kementerian Keuangan yang diterima MySharing, Senin (14/11), Produk Domestik Bruto ASEAN mencapai sekitar 2,5 triliun dolar AS tahun 2015, didukung oleh pertumbuhan yang solid 4,7 persen pada 2015.
Pada 2016, konsumsi publik dan swasta pun diharapkan menjadi kontributor yang signifikan untuk pertumbuhan di kawasan secara keseluruhan. Ini didukung oleh efisiensi yang diperoleh dari percepatan investasi di bidang infrastruktur, perbaikan lingkungan bisnis, dan momentum integrasi ekonomi regional setelah terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Selain hal di atas, indikator ekonomi lainnya di kawasan juga menunjukkan hasil yang positif. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya volume perdagangan sekitar 1 triliun dolar AS sejak road map MEA dimulai tahun 2007, yakni dari total perdagangan 1,6 triliun dolar AS menjadi 2,5 triliun dolar AS pada tahun 2014.
Pertumbuhan regional diproyeksikan mencapai 4,5 persen dan 4,6 persen pada tahun 2016 dan 2017. Perdagangan intra-ASEAN pun mencapai sekitar 24 persen dari total perdagangan ASEAN. Mitra dagang utama ASEAN lainnya adalah Tiongkok (15,2%), Jepang (10,5%), Uni Eropa (10%), dan Amerika Serikat (9,3%).
Dalam periode tersebut aliran FDI (foreign direct investment) yang masuk ke ASEAN juga meningkat pesat dari USD 85 milyar pada 2007 menjadi 120 milyar dolar AS pada 2015. Aliran FDI intra ASEAN mencapai kisaran 18% yang berasal dari intra ASEAN dan luar ASEAN yang utamanya berasal dari Uni Eropa, Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok.