Kontribusi Investor Domestik Meningkat

[sc name="adsensepostbottom"]

Porsi investor dalam negeri naik hingga 49 persen.

Sejalan dengan sosialisasi dan edukasi yang dilakukan secara berkelanjutan oleh stakeholder industri pasar modal, kepemilikan aset pasar modal oleh investor dalam negeri akhirnya terkerek naik. Meski kepemilikan asing masih mendominasi, porsinya sudah menurun dari tahun lalu.

Per 20 Desember 2016, total aset yang tercatat di C-BEST Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencapai Rp 3.483,9 triliun. Dari jumlah tersebut masih didominasi kepemilikannya oleh investor asing sebesar 50,05 persen. Namun, persentase tersebut menurun dari tahun sebelumnya (per Desember 2015), dimana kepemilikan asing mencapai 57,3 persen.

“Kepemilikan asing di pasar modal turun hingga hanya 50 persen. Hal ini menunjukkan kontribusi investor domestik yang semakin besar di pasar modal Indonesia. Kalau dilihat ini juga karena perusahaan efek yang terus gencar sosialisasi dan edukasi ke investor dalam negeri,” ujar Direktur Utama KSEI Friderica Widyasari Dewi dalam pemaparan akhir tahun KSEI, Jumat (23/12).

Di sisi lain, menurut dia, peningkatan kepemilikan investor domestik juga disebabkan adanya net sales dari investor asing dan program amnesti pajak oleh pemerintah. “Yang dulu tercatat SPV dari luar negeri, sekarang sudah orang Indonesia. Dari seluruh dana untuk amnesti pajak di industri pasar modal ada di Efek Rp 1,1 triliun dan reksa dana hampir Rp 300 miliar,” papar Friderica.

Berdasarkan data KSEI, investor pun masih tersentralisasi di wilayah Barat dengan domisili terbesar di Jawa dan terutama di DKI Jakarta. Sejalan dengan peningkatan jumlah investor, KSEI juga melakukan serangkaian infrastruktur pasar modal untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi investor.

Untuk inisiatif di tahun mendatang, KSEI merencanakan penerapan electronic voting (e-voting) untuk mengakomodasi penggunaan hak suara investor dalam Rapat Umum Pemegang Saham tanpa perlu kehadiran investor secara fisik. “Kami menyiapkan e-voting yang akan menjadi tonggak baru di pasar modal, sehingga ini dapat memudahkan investor, khususnya investor yang punya lebih dari satu Efek, maupun investor asing yang tidak berdomisili di Indonesia,” jelasnya.

Di sisi lain, KSEI juga berencana memperluas kerja sama dengan perbankan melalui penambaham jumlah bank administrator rekening dana nasabah (RDN), dari sebelumnya sembilan bank menjadi 12 bank. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah proses transaksi Efek, sekaligus memperluas jaringan pasar modal.

“Apabila diperljkan KSEI dapat menambah jumlah bank RDN agar sinergi pasar modal dan jaringan perbankan semakin luas, serta semakin banyak alternatif bank yang menjadi pilihan investor,” imbuh Friderica. Saat ini jumlah dana yang terhimpun di RDN mencapai Rp 10,75 triliun (per 20 Desember 2016), naik 146,5 persen dari Rp 4,29 triliun pada Desember 2015.

Selain dua hal diatas, inisiatif KSEI lainnya adalah implementasi C-BEST Next Generation yang merupakan sistem utama KSEI untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan sebagai antisipasi peningkatan jumlah investor pasar modal maupun rata-rata transaksi harian. “Untuk C-BEST Next Generation layanannya tidak terlalu berbeda dengan yang sudah ada. Hanya ditingkatkan kapasitasnya agar bisa menangani lebih banyak investor. Selain itu kami juga akan punya kualifikasi data yang lebih bagus,” ujar Direktur KSEI Syafrudin.