Ragam Cara OJK untuk Tingkatkan Literasi Keuangan

[sc name="adsensepostbottom"]

Literasi keuangan dilakukan di berbagai lini sektor jasa keuangan.

Dalam rangka mewujudkan kemandirian finansial masyarakat, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan berbagai langkah pada 2016 untuk meningkatkan akses keuangan. Salah satunya melalui tabungan Simpanan Pelajar. Sampai pertengahan Desember 2016, program tersebut telah menambah 3.005.992 rekening tabungan dengan total sebesar Rp 842,77 miliar. Implementasinya pun didukung oleh 274 bank, yang dilaksanakan di 30.967 sekolah.

Sementara, implementasi Layanan Keuangan Mikro dengan membuka rekening SiPintar mencatat pembukaan sebanyak 1.007.513 rekening dengan jumlah outlet mencapai 8.848 unit. Untuk program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) pun telah menambah dana pihak ketiga sebanyak Rp 93,79 miliar dengan jumlah 1.948.995 nasabah dan melibatkan 160.489 agen.

Selain itu, OJK juga melakukan kampanye masif untuk meningkatkan jumlah investor pasar modal domestik melalui program Yuk Nabung Saham, Sahamku Reksadanaku, sosialisasi dan edukasi pasar modal terpadu, gerakan nasional Cinta Pasar Modal dan peluncuran permainan kartu investasi pasar modal dan game online Nabung Saham GO. Melalui program tersebut, jumlah investor pemegang saham dan reksa dana masing-masing naik 46,53 persen (169.599 investor) dan 30,06 persen (95.229 investor) selama dua tahun terakhir.

Bersama Bursa Efek Indonesia, OJK juga meluncurkan Galeri Investasi Mobile untuk mendorong mahasiswa agar dapat mengenal lebih dini produk investasi di pasar modal. Selama 2016, Galeri Investasi Mobile diluncurkan di beberapa tempat seperti Universitas Pancasila, Universitas Sebelas Maret dan Universitas Bunda Mulia.

Dukungan OJK untuk meningkatkan akses keuangan di daerah dilakukan pula melalui pembentukan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) di 45 TPKAD di tingkat provinsi/kabupaten maupun kota. “TPAKD sengaja didukung untuk lebih giat karena ingin pemerintah daerah ikut berperan serta dalam inklusi keuangan dan berharap masing-masing daerah bisa mencari terobosan baru untuk membuka akses keuangan di daerah,” jelas Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad, Jumat (30/12).

Untuk meningkatkan penetrasi sektor jasa keuangan syariah, OJK juga telah menyelenggarakan Keuangan Syariah Fair 2016 di empat kota, yaitu Jakarta, Surabaya, Tangerang dan Aceh. Kegiatan yang dilakukan di event tersebut antara lain launching buku Standar Produk Perbankan Syariah, launching working group Sinergi Komunikasi dan Pemasaran Keuangan (SiKOMPAK) Syariah, pendirian laboratorium bank syariah mini di kampus dan layanan terpadu konsumen keuangan syariah. Dari Keuangan Syariah Fair telah meraup dana hingga Rp 168,86 miliar dari 47.969 rekening tabungan syariah.

Selain itu, OJK pun bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menerbitkan buku Mengenal Jasa Keuangan tingkat perguruan tinggi. Secara total, pada 2016 OJK menyelenggarakan 41 event edukasi keuangan dengan total peserta lebih dari 12.138 orang.

Menatap 2017, akses keuangan yang lebih luas tetap menjadi salah satu fokus OJK. Menurut Muliaman, ada tiga area yang akan mewarnai kebijakan OJK tahun depan. Pertama, industri keuangan nasional masih dihadapi beberapa tantangan dari luar, sehingga hal tersebut terus mendapat perhatian OJK. Kedua, industri keuangan juga harus berkontribusi ke pembiayaan yang diperlukan. Ketiga, industri keuangan harus membuka akses lebih luas, terutama UMKM, tidak hanya kepada bank, tapi juga asuransi dan pasar modal.